Jumat 26 Mar 2021 15:38 WIB

Kementan Latih Petani Analisis Kerusakan Tanaman Akibat Hama

Kementan meyakini analisis kerusakan tanaman penting untuk ketahui ambang ekonomi

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi. Kapasitas dan kompetensi menjadi sasaran Sekolah Lapang (SL) agar petani dapat membedakan organisme bukan hama (musuh alami) dan organisme berpotensi menjadi hama, untuk mengetahui parameter ambang ekonomi (AE) dari analisis kerusakan tanaman.
Foto: Kementan
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi. Kapasitas dan kompetensi menjadi sasaran Sekolah Lapang (SL) agar petani dapat membedakan organisme bukan hama (musuh alami) dan organisme berpotensi menjadi hama, untuk mengetahui parameter ambang ekonomi (AE) dari analisis kerusakan tanaman.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- - Kapasitas dan kompetensi menjadi sasaran Sekolah Lapang (SL) agar petani dapat membedakan organisme bukan hama (musuh alami) dan organisme berpotensi menjadi hama, untuk mengetahui parameter ambang ekonomi (AE) dari analisis kerusakan tanaman.

Kegiatan pengelolaan hama terpadu (PHT) menjadi perhatian Kementerian Pertanian RI dan Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program [IPDMIP] menopang kinerja petani lahan pertanian kawasan irigasi pada 74 kabupaten di 16 provinsi termasuk di Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur, baru-baru ini.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan kegiatan SL dari IPDMIP bertujuan menjaga sekaligus meningkatkan produktivitas pertanian, khususnya di daerah irigasi.

"Sekolah Lapang IPDMIP, salah satu tujuannya adalah mengajarkan petani untuk mengantisipasi serangan hama dengan mengenali organisme pengganggu tanaman atau OPT," katanya.

Hal itu, katanya lagi, sejalan dengan instruksi dan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo bahwa hama dan penyakit memicu kerusakan tanaman, akibatnya produktivitas menurun hingga gagal panen. Mentan pernah menyatakan hama dan penyakit perlu dikendalikan apabila populasinya di lahan melampui ambang ekonomi.

Kompetensi dasar menjadi sasaran SL dari IPDMIP agar petani didampingi penyuluh dapat embedakan organisme bukan hama atau yang berperan sebagai musuh alami, dan organisme yang berperan sebagai hama atau yang berpotensi menjadi hama; melakukan pengamatan populasi hama sesuai teknik/metode pengamatan OPT; dan meramalkan tingkat kerusakannya serta membuat pelaporan hama dalam pengambilan keputusan tindakan pengendalian.

Salah satu komponen penting Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) adalah pemantauan atau pengamatan atau monitoring. Pengamatan bertujuan menganalisis populasi organisme pengganggu, dampak kerusakan, untuk mengambil keputusan tindakan pengendalian serta merancang upaya pengelolaan yang efektif dan efisien.

Dedi Nursyamsi menambahkan, hasil pengamatan menentukan pengendalian hama terkait informasi populasi serangga, intensitas penyakit, dan populasi tikus. Kemampuan memperkirakan populasi hama harus dimulai dengan belajar bagaimana menghitung sampel. 

"Serangan hama dan penyakit bisa datang mendadak dan bersifat eksplosif, dalam waktu relatif singkat terjadi peningkatan populasi hama dan penyakit," katanya.

Materi pembelajaran SL dari IPDMIP mengajarkan penerapan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) menerapkan Empat Prinsip yakni budidaya tanaman sehat, pemanfaatan musuh alami, pengamatan rutin atau pemantauan dan petani sebagai petugas pengendalian hama tanaman.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement