EKBIS.CO, JAKARTA -- Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI) menyatakan, mahalnya harga daging sapi tidak perlu diperdebatkan lagi. Terutama jelang hari Raya seperti Idul Fitri.
"Karena masyarakat perlu dagingnya. Sapi yang dipotong jelang lebaran, dagingnya yang laku. Harga daging mahal, paling sederhana pada Desember," ujar Ketua ADDI Ahmad Hadi dalam webinar, Senin (29/3).
Ia menyebutkan, saat ini harga daging yang sama naik sekitar Rp 22 ribu sejak Desember. "Maka pada pertemuan dengan Menteri Perdagangan pada Januari, kami sampaikan harus ada percepatan penugasan. Jangan sampai spekulan tahu stok kosong, walau persediaan ada," tegasnya.
Kemenko Perekonomian mengatakan, populasi sapi di berbagai daerah sebenarnya cukup bahkan lebih. Dengan begitu, bisa disalurkan menjadi pasokan daging sapi ke Jabodetabek dan Bandung Raya.
Hanya saja, terdapat masalah pada distribusi. "Minimal dari 2 provinsi yang saya keliling betulan, itu sapi luar biasa banyaknya, jadi nggak perlu takut. Cuma persoalan mobilisasi saja," ujar dia pada kesempatan serupa.
Guna menutupi kekurangan stok daging sapi pada Mei, lanjutnya, para pemasok mengajukan impor daging sapi maupun daging kerbau. Mulai dari Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) sebanyak 2.000 ton, Asosiasi Pengusaha Protein Hewan Indonesia (APPHI) sebanyak 3.830 ton, PT Berdikari sebanyak 893 ton, dan Perum Bulog sekitar 20.000 ton daging kerbau dari India.
Ia berharap, berbagai daging tersebut bisa masuk pada Mei. Setidaknya sebelum Idul Fitri.
"Kemudian Bulog, hasil koordinasi kami dari 80 ribu ton penugasan, informasinya akan masuk 2.722 ton di Maret April 20 ribu ton, dan Mei 14 ribu ton. Namun Mei ini kita berharap akan masuk sebelum hari raya, karena kalau lewat ya sudah lewat momennya," ujarnya.