EKBIS.CO, JAKARTA -- Dalam kunjungan kerja ke Wuyi, China, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan pertemuan dengan Vice Chairman dari State-Owned Asset Supervision and Administration (SASAC), Mr Ren Hongbin untuk membahas peningkatan kerjasama BUMN antar kedua negara. Untuk diketahui, SASAC adalah lembaga pemerintah China yang mengelola 97 BUMN China.
“Saya bertemu dengan mereka untuk mempelajari bagaimana China berhasil mereformasi dan mentransformasi BUMN mereka untuk menjadi lebih efisien, memberikan kontribusi yang maksimal untuk masyarakat, dan menjadi pemain kelas dunia. BUMN Indonesia dan BUMN China mempunyai misi dan visi yang sama untuk negaranya. Sama dengan BUMN kita, BUMN China juga memberikan kontribusi ke masyarakat selain membantu peningkatan penerimaan negara," papar Erick, Jumat (2/4).
Namun, menurutnya, ada perbedaan antara BUMN China dan BUMN Indonesia. "Bayangkan, dalam daftar 500 perusahaan dari 2020 Forbes Global 2000, 48 diantaranya BUMN China yang dikelola SASAC, sedangkan BUMN kita baru ada 2 di daftar itu, BRI dan Mandiri”, ujar Erick.
Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan dialog dan membuat platform kerja sama BUMN antar kedua negara yang lebih kongkrit. Untuk mewujudkan kerja sama yang berkelanjutan, SASAC mengundang Kementerian BUMN dan BUMN Indonesia untuk melakukan pertemuan rutin dengan SASAC dan BUMN China.
Selanjutnya, SASAC dan Kementerian BUMN akan meninjau beberapa proyek kerja sama di sektor ketenagalistrikan dan kerjasama investasi perikanan kelas dunia untuk wilayah Timur Indonesia.
Selain itu, Erick bertemu dengan perwakilan dari CBL yang merupakan konsorsium China yang terdiri dari Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL), Brunp, dan Lygend. Konsorsium ini bermitra dengan konsorsium BUMN yang terdiri dari MIND ID, Pertamina, PLN, dan Antam untuk pengembangan EV Battery.
“Saya ingin memastikan bahwa CBL berkomitmen untuk kerja sama ini dan segera menindaklanjuti nota kesepahaman yang telah ditandatangani sebelumnya. Saya tegaskan proyek investasi ini didukung penuh oleh pemerintah karena akan memberikan nilai tambah yang besar bagi sektor pertambangan kita. Skema kerjasama ini tidak hanya membuat Indonesia menjadi pasar, tapi dengan transfer teknologi kita akan menjadi pemain EV Battery kelas dunia” tutur Erick.