Kamis 08 Apr 2021 21:03 WIB

APO dan Kementan Identifikasi Tantangan Petani Milenial

Kementan berkomitmen ciptakan 2,5 juta wirausahawan milenial pertanian

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi (kanan) menggandeng petani milenial yang sukses membangun jaringan bisnis, untuk menarik minat generasi milenial mengembangkan potensi pertanian
Foto: Kementan
Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi (kanan) menggandeng petani milenial yang sukses membangun jaringan bisnis, untuk menarik minat generasi milenial mengembangkan potensi pertanian

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Peluang dan tantangan mempromosikan keterlibatan generasi milenial, serta kebijakan menarik minat pemuda ke pedesaan untuk membangun sektor pertanian, menjadi penentu pencapaian ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan di Indonesia maupun kawasan Asia.

Topik bahasan tersebut mengemuka pada Lokakarya (Workshop) pada Rabu (7/4) yang diinisiasi Kementerian Pertanian RI (Kementan) khususnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian bersama organisasi regional, Asian Productivity Organization (APO) yang berkedudukan di Tokyo, Jepang.

Komitmen dan dukungan Indonesia dikemukakan oleh Sekretaris BPPSDMP Kementan, Siti Munifah pada Workshop APO bertajuk 'Inisiatif Kebijakan untuk Menarik Generasi Muda dan Mencegah Atrisi di Pertanian' yang diikuti secara virtual oleh 33 peserta dari Kamboja, Bangladesh, India, Indonesia, Iran, Pakistan, Filipina, Taiwan, Srilangka dan Turki.

Mewakili Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi, Siti Munifah menegaskan komitmen Indonesia untuk terus berproduksi guna memenuhi kebutuhan pangan 270 juta jiwa, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkan ekspor komoditas pertanian.

"Kementan juga berkomitmen mempersiapkan SDM pertanian yang berjiwa wirausaha melalui penciptaan 2,5 juta wirausaha pertanian milenial hingga 2024," kata Siti Munifah pada workshop secara daring (online) yang dijadwalkan berlangsung hingga hari ini, Kamis (8/4).

Dalam kesempatan terpisah, Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi kegiatan Workshop APO, guna mempelajari serta meninjau inisiatif dan skema kebijakan, selain menarik generasi muda ke pedesaan dan bekerja di sektor pertanian.

"Melalui workshop, kita identifikasi dan promosikan praktik-praktik terbaik yang mendukung ketertarikan generasi muda ke pertanian, dan mendiskusikan peluang dan tantangan dalam mempromosikan keterlibatan pemuda di sektor pertanian," kata Dedi Nursyamsi.

Menurutnya, hal itu, sejalan dengan instruksi dan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo yang mengharapkan tranformasi ilmu dari Workshop APO, bisa menjadi ajang berbagi informasi dan ilmu bagi kemajuan pertanian di Indonesia maupun Asia. "Termasuk tentunya peningkatan kualitas SDM pertanian."

Sebelumnya, pada sesi pembukaan Workshop APO pada Selasa (6/4), Ratna Sari Dewi dari Perwakilan National Productivity Organization [NPO] Indonesia yang berkedudukan di Kementerian Ketenagakerjaan RI mengapresiasi BPPSDMP Kementan dan Sekretariat APO yang telah menggelar workshop online tersebut.

Merujuk pada Buku Data Produktivitas APO 2020, kata Ratna, diketahui bahwa sektor pertanian masih mendominasi di sebagian besar negara Asia - Pasifik, menyumbang 31 persen dari total lapangan kerja pada 2018, diikuti oleh manufaktur 16 persen dan jasa 16 persen. 

"Mayoritas penduduk berbasis pertanian ini, bermukim di perdesaan, menunjukkan bahwa pertanian merupakan salah satu sumber utama lapangan kerja bagi kaum muda," kata Ratna.

Narasumber Workshop di antaranya Idha Widi Arsanti dari BPPSDMP mewakili Indonesia, Tomomi Ishida, (FAO Italia), Federica Emma (IFAD, Italia), Joselito C. Bernardo (International School of Sustainable Tourism, Filipina), AA Gede Agung Wedhatama (Bali Organik Subak, Indonesia), Dr Sheng-jang Sheu (National University of Kaohsiung, Taiwan) dan Kit Chan (K-Farm Sdn. Bhd., Malaysia).

Siti Munifah menambahkan berinvestasi pada generasi muda di pedesaan menjadi kunci, selain pembentukan ekosistem strategis yang mendukung seperti penggunaan teknologi 4.0, pemasaran digital, akses finansial dan penggunaan teknologi modern di paska panen. 

"Melalui lokakarya ini, para peserta diharapkan dapat mengetahui bagaimana melibatkan kembali pemuda di bidang pertanian," katanya.

Utamanya, kata Siti Munifah, bagaimana program penyuluhan, pelatihan dan pendidikan dapat membekali pemuda pedesaan dengan keterampilan dan wawasan yang dibutuhkan untuk terlibat dalam pertanian dan mengadopsi pertanian ramah lingkungan, serta inisiatif dan pendekatan yang digunakan oleh negara lain dalam menarik pemuda di bidang pertanian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement