EKBIS.CO, BANDUNG BARAT -- Menyikapi produktivitas lemon yang tinggi, pemerintah langsung sigap menghubungkan ke pengusaha untuk diedarkan ke Jabodetabek dan Bali. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian Kementerian di bawah kepemimpinan Syahrul Yasin Limpo.
“Kami mendengar keluhan yang terjadi di tingkat petani bahwa stok kian menumpuk di gudang dan butuh segera dilakukan penyerapan. Hortikultura adalah komoditas yang perishable (cepat busuk) sehingga butuh segera dikonsumsi,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto seperti dalam siaran pers, Selasa (13/4).
Prihasto menjelaskan, untuk jangka pendek, jajarannya segera memfasilitasi pembelian lemon dari petani. Diantaranya untuk, Selasa (13/4), diserap 1 ton tujuan ke Bali, 500 kilogram tujuan Jabodetabek serta ada permintaan tambahan dari PT Mulya Raya 1 ton.
"Diharapkan ini menjadi solusi, "jelasnya.
Ketua CV Berkah Tani, Haji Syahid bercerita penumpukan stok lemon di gudang mulai terjadi November 2020 lalu. Dirinya bersyukur meski di tengah jatuhnya penjualan, pemerintah mampu memfasilitasi dengan pembelian melalui pengusaha.
“Pak Dirjen menghubungi saya. Ada PT Anugerah Alam Subur ambil 1,5 ton dengan tujuan ke Bali dan Jakarta. PT Laris Manis Utama (PT LMU) juga mengambil 500 kilogram. Semua diambil Alhamdulillah Rp 15 ribu per kilogram dengan standar grade A,” ujar Pak Haji yang beralamat di Desa Tugu Mukti, Kecamatan Cisarua, Bandung Barat.
Untuk pemesanan, lanjutnya, sudah ada 12 ton yang siap 7-10 hari ke depan sesuai proses panen. “Saya sangat berterima kasih dengan fasilitasi dari pemerintah khususnya Pak Dirjen Hortikultura yang cepat merespon dan menyambungkan saya ke para pengusaha. Pengiriman hari ini sudah 2,5 ton tujuan Jabodetabek dan Bali. Semoga ke depan sudah mulai kembali stabil penjualannya,” harapnya.
Petani yang sudah memulai dari usaha sayuran sejak 2005 ini, dan khusus lemon dirinya sudah memulai sejak 2015 dan memiliki 60 mitra tani. Petani yang tergabung dengannya tercatat dari Garut, Ciwidey, Pangalengan, Sukabumi, Bandung, Lembang dan Subang. Untuk kualitas lemon miliknya, diakui memiliki standar supermarket.
“Saya bersama petani mengembangkan lemon dengan luasan kurang lebih 40 hektare dengan produktivitas bisa lebih dari 20 ton per bulan. Sekarang ini jika ada permintaan ke pasar, saya dapat menyanggupi 1 ton per harinya,” tuturnya.
Petani berusia 61 tahun ini menginginkan pemerintah bisa memfasilitasi apabila ada industri yang masuk ke petani, tidak hanya permintaan segar guna menghindari kejadian serupa.
“Saya tidak masalah impor masuk, yang penting para eksportir menyerap juga dari pasar lokal. Harapan saya yang penting diserap. Mengenai harga, kami bisa menyesuaikan tergantung permintaan grading. Kami pun bisa menerima orderan untuk harga Rp 10 ribu per kilogram dengan kualitas yang baik,” ujarnya.
Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman berharap, para petani dapat tergabung dengan Indonesia Map of Fruits Cenfer (I-Mofc) yaitu aplikasi sentra buah berbasis Android agar membuka pasar secara lebih luas.
“Penjualan online akan membantu petani melebarkan sayap dan membuka kontak langsung dengan pelaku usaha,” pungkasnya.