EKBIS.CO, JAKARTA -- Keberadaan percontohan klaster tambak udang berkelanjutan hasil kerja sama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Perum Perhutani sebagai pemilik lahan di Cidaun, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat mendulang banyak apresiasi. Percontohan tambak udang berkelanjutan berhasil menggerakkan ekonomi setempat.
Wakil Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Ahmad Hidayat mengaku mengaku minim sekali m informasi teknologi budidaya tambak udang berkelanjutan pada awalnya. Kemudian, dengan pengawalan teknologi dari Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, LMDH bisa berhasil melakukan panen udang vaname sesuai dengan target yang diinginkan.
"Area tambak dengan luas sekitar 4 hektare yang terdiri dari 15 kolam produksi, awalnya lahan non produktif tersebut masih nol persen belum tercetak lahan tambak udang dan sampai akhirnya beroperasi dengan masa pemeliharaan 110 hari, kami berhasil panen perdana udang vaname sebanyak kurang lebih 30 ton senilai kurang lebih Rp 2 miliar," ujar Ahmad dalam siaran pers di Jakarta, Senin (19/4).
Ahmad menyebut hasil panennya memuaskan dan menjadi sumber pendapatan di LMDH. Ahmad mengatakan hasil panen dari budidaya tambak udang sangat menambah pendapatan anggota kelompok hingga tiga kali lipat. Uang hasil penjualannya selain dibagikan untuk anggota LMDH, digunakan juga sebagai modal selanjutnya untuk membeli seperti benih, pakan dan sarana produksi lainnya.
"Kami semua tidak menyangka dengan awalnya kami sebagai petani yang tidak memiliki ilmu untuk budidaya tambak udang, Alhamdulillah dengan semangat kerja teman-teman dari BLUPPB Karawang meskipun kondisi musim hujan tetap memberikan pendampingan hingga hasil panen kami bisa mencapai target," ucap Ahmad.
Hasil panen yang diperoleh diakuinya menjadi pendorong semangat untuk meningkatkan produktivitas tambak ke depannya. Keberadaan tambak bukan hanya membawa berkah bagi LMDH melainkan juga masyarakat sekitar yang membantu operasional tambak.
"Jadi memang berkahnya bukan hanya untuk kami, tapi juga warga sekitar bisa bekerja di sini," ungkap Ahmad.
Ahmad menambahkan LMDH dan masyarakat sekitar hutan sangat berterima kasih dengan adanya program tambak budidaya tambak udang berkelanjutan di Cidaun ini, serta untuk keberlanjutan sangat berharap agar BLUPPB Karawang terus melanjutkan pendampingan teknologi hingga benar-benar bisa secara mandiri budidaya tambak udang.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengapresiasi hasil panen yang diperoleh bisa sesuai dengan target yang diinginkan yakni bisa mencapai sekitar 30 ton serta panen totalnya bisa berhasil mencapai sekitar size 45 selama masa pemeliharaan 110 hari dengan padat tebar sebanyak 100 ekor per meter persegi.
Slamet berharap LMDH di Cidaun ini bisa berhasil secara mandiri dan berkelanjutan dalam budidaya tambak udang serta dapat meluas ke LMDH lainnya yang berada di Kabupaten Cianjur ini.
"Selain itu; untuk merebut pasar ekspor yakni produktivitas terjamin dan daya saing produk yang tinggi. Oleh karenanya, saya juga menghimbau untuk selalu konsisten menerapkan kaidah kaidah Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB)," ucap Slamet.
Potensi yang dimiliki Kabupaten Cianjur sendiri luar biasa dan berpeluang menjadi daerah penghasil udang vaname. Hal ini didukung ketersediaan lahan dan juga kondisi alam yang cocok untuk aktivitas budidaya tambak udang. Informasi yang diperoleh dari Pemerintah Daerah Cianjur menyebut potensi lahan yang tersedia untuk budidaya tambak sekitar 110 hektare.
Slamet menambahkan lahan Perhutani ini sangat luas dan selama ini belum produktif, dengan melibatkan dan memberdayakan masyarakat lokal seperti masyarakat LMDH dengan pengawalan teknologi untuk dioptimalkan pengembangan usaha budidaya tambak udang berkelanjutan dan ramah lingkungan serta dalam rangka pencapaian target peningkatan nilai ekspor udang nasional sebesar 250 persen hingga 2024. Hal tersebut sesuai dengan arahan Presiden, bagaimana masyarakat desa hutan diberikan akses ekonomi pada usaha usaha produktif.