EKBIS.CO, JAKARTA -- Dewan Jagung Nasional mengingatkan bakal terjadi krisis berat terhadap komoditas jagung dalam beberapa pekan ke depan. Harga jagung lokal diperkirakan bakal terus melonjak, sementara importasi jagung tidak bisa dilakukan lantaran harga yang juga tinggi.
Ketua Dewan Jagung Nasional, Tony J Kristianto, mengatakan, harga jagung lokal diperkirakan akan tembus hingga Rp 7.000 per kilogram (kg). Atau naik lebih dari dua kali lipat dari acuan pemerintah.
Kenaikan harga itu dipicu oleh produksi yang tidak mendukung. Itu disebabkan lantaran banyaknya masalah keterbatasan pupuk pada masa tanam sebelumnya yang membuat hasil tidak maksimal. Di sisi lain, harga jagung dunia sedang tinggi sehingga substitusi impor tidak ideal untuk dilakukan.
"Ya saya kira gambaran ini akan krisis berat. Prediksi saya dua minggu ke depan sampai Mei harga jagung naik terus," kata Tony kepada Republika.co.id, Rabu (21/4).
Tony menjelaskan, permintaan jagung oleh industri pakan unggas sedang tinggi-tingginya. Itu karena ternak unggas akan memasuki masa panen karena menyambut puncak permintaan jelang Idul Fitri. Semakin lama usia unggas, semakin besar kebutuhan pakan demi menghasilkan volume daging ayam yang signifikan.
Di tengah permintaan yang tinggi, itu jagung lokal menjadi pilihan satu-satunya. Substitusi bahan baku gandum juga sulit dilakukan lantaran harga yang terus melambung.
"Tiga minggu lagi harus panen ayam broiler dan semakin banyak butuh jagung untuk pakan. Tidak ada orang yang bisa menolong itu karena kadung setengah jalan," katanya.
Adapun target produksi jagung tahun ini sebanyak 22,5 juta ton, Tony menilai target tersebut tidak realistis. Ia menyatakan, rata-rata produksi riil jagung setiap tahun sekitar 15 juta ton.
Meski bakal mengalami krisis harga, Tony mengatakan persediaan jagung dalam negeri masih bisa mencukupi hingga bulan Juli mendatang. Harga jagung pasca lebaran juga diyakini akan kembali anjlok lantaran produksi mulai bertambah seiring panen namun permintaan yang menurun.