EKBIS.CO, JAKARTA -- Kinerja keuangan PT Astra International Tbk tercatat masih melemah pada kuartal I 2021. Pasalnya, pendapatan dan laba bersih grup Astra di awal tahun tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Walaupun kinerja usaha Grup perlahan membaik pada beberapa bulan terakhir, prospek kinerja tahun ini masih dibayangi oleh ketidakpastian akibat dampak dari pandemi yang masih berlanjut, kata Presiden Direktur, Djony Bunarto Tjondro, Rabu (21/4).
Pendapatan bersih konsolidasian Grup pada kuartal I 2021 sebesar Rp 51,7 triliun, menurun 4 persen dibandingkan dengan kuartal I tahun lalu. Sementara laba bersih perseroan turun sebese 22 persen menjadi mencapai Rp3,7 triliun.
Di sisi lain, nilai aset bersih per saham pada 31 Maret 2021 sebesar Rp3.971 atau meningkat tiga persen dibandingkan posisi pada 31 Desember 2020. Kas bersih (tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan Grup) mencapai Rp15,9 triliun pada 31 Maret 2021, dibandingkan Rp7,3 triliun pada akhir tahun 2020.
Arus kas yang lebih tinggi pada kuartal pertama tahun 2021 disebabkan oleh kinerja bisnis yang membaik, serta belanja modal dan modal kerja yang lebih rendah. Jika volume bisnis terus membaik hingga akhir tahun, menurut Djony, belanja modal dan modal kerja perseroan kemungkinan akan meningkat.
Penjualan mobil Astra menurun 24 persen menjadi 99 ribu unit dengan pangsa pasar menurun dari 55 persen menjadi 53 persen. Penjualan Astra atas sepeda motor Honda menurun 17 persen menjadi 1.008.000 unit, namun pangsa pasar sedikit meningkat.
Penurunan penjualan ini sangat berdampak terhadap kontribusi laba bersih divisi otomotif Grup. Laba bersih divisi otomotif Grup menurun 26 persen menjadi Rp 1,4 triliun yang mencerminkan penurunan volume penjualan.
Meski demikian, laba bersih Grup yang disumbang dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi bisa mengimbangi penurunan laba disegmen otomotif. Laba bersih divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi meninhgkat tiga persen menjadi Rp 1,1 triliun.
"Kenaikan laba bersih divisi ini disebabkan oleh peningkatan penjualan alat berat Komatsu serta harga emas dan batu bara yang lebih tinggi, yang sebagian terpengaruh oleh volume kontrak penambangan yang lebih rendah akibat kondisi cuaca yang kurang mendukung pada kuartal pertama tahun 2021," terang Djony.
Sebagai bagian dari inisiatif strategis untuk mempercepat transformasi digital, Grup berinvestasi sekitar 5 juta dolar AS atau setara Rp 72,73 miliar di Sayurbox. Selain itu, Grup juga berinvestasi di Halodoc sekitar 35 juta dolar AS atau setara Rp 509 miliar. Masing-masing dilaksanakan pada bulan Maret dan April 2021.
Sayurbox adalah e-commerce grocery farm-to-table platform and distributor of fresh goods, sedangkan Halodoc merupakan platform kesehatan berbasis online. Grup merupakan investor utama pada funding rounds baru dari kedua startup asal Indonesia ini.