EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, optimistis tingkat konsumsi masyarakat bakal membaik pada kuartal II 2021, seiring dengan mulai meningkatkan permintaan masyarakat terhadap produk industri.
Lutfi mengatakan, hingga Maret 2021, pertumbuhan impor menunjukkan situasi yang positif karena ditopang oleh impor bahan baku industri. Hal itu menunjukkan adanya geliat produksi dalam negeri yang secara langsung kembali memulihkan penyerapan tenaga kerja.
Di sisi lain, ia menilai, kegiatan manufaktur dalam negeri juga membaik yang ditunjukkan dengan pertumbuhan pembelian kendaraan roda empat dan roda dua yang mulai menunjukkan perbaikan.
"Kami berkeyakinan, pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua, apalagi yang dimotori oleh konsumsi akan berjalan dengan baik," kata Lutfi dalam konferensi pers, Rabu (5/5).
Ia mengatakan, pemerintah juga telah memberikan insentif berupa bebas Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk kendaraan mobil. Hal itu berdampak pada menurunnya harga dan meningkatkan permintaan masyarakat. Di sisi lain, Lutfi mengatakan, terdapat perbaikan juga pada sektor properti.
"Ini menunjukkan tanda-tanda yang sangat menjanjikan," kata Lutfi.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi sebesar 2,23 persen pada kuartal I 2021. Meski begitu, realisasi tersebut menunjukkan arah yang perbaikan jika dibandingkan dengan kuartal dua sampai empat pada 2020.
Tercatat pada kuartal dua 2020 konsumsi rumah tangga terkontraksi sebesar 5,52 persen, kuartal tiga 2020 sebesar 4,05 persen, dan kuartal empat 2020 sebesar 3,61 persen.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan, di antara enam komponen konsumsi rumah tangga, terdapat dua komponen yang masih tumbuh positif yaitu perumahan dan perlengkapan rumah tangga sebesar 1,27 persen, serta kesehatan dan pendidikan sebesar 0,31 persen.
Sedangkan empat lainnya masih terkontraksi seperti makanan dan minuman selain restoran sebesar minus 2,31 persen, pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya sebesar minus 2,71 persen, transportasi dan komunikasi sebesar minus 4,24 persen, serta restoran dan hotel sebesar minus 4,16 persen.
“Yang masih mengalami kontraksi cukup dalam adalah transportasi dan komunikasi, satu lagi adalah restoran dan hotel,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Rabu (5/4).
Menurut Suhariyanto, terdapat banyak indikator kontraksi komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga pada kuartal satu 2021. Misalnya, penjualan eceran masih terkontraksi sebesar 17,19 persen, seluruh kelompok penjualan makanan dan minuman, tembakau, sandang, suku cadang, serta aksesoris.
Selain itu, penjualan wholesale mobil penumpang dan sepeda motor, jumlah penumpang angkutan rel, laut, udara, serta tingkat hunian kamar hotel. “Angkutan rel masih terkontraksi 58 persen, angkutan laut 38 persen, dan angkutan udara 65 persen. Tingkat penghunian kamar hotel juga masih terkontraksi sebesar 35,71 persen,” ucapnya.