Selasa 01 Jun 2021 07:10 WIB

Harga Elpiji Dunia Naik, Subsidi Elpiji Bengkak 66 Persen

Penyebabnya harga CPA naik dibanding dengan asumsi yang dipakai APBN.

Rep: intan pratiwi/ Red: Hiru Muhammad
Pekerja membongkar muat gas elpiji tiga kilogram ke atas kapal di Pelabuhan Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (4/5/2021). PT Pertamina (Persero) memperkirakan konsumsi elpiji jelang lebaran Idul Fitri mencapai 26.350 metrik ton per hari atau naik sebesar 5,4 persen dari kondisi normal sebanyak 25 ribu metrik ton per hari.
Foto: ARNAS PADDA/ANTARA
Pekerja membongkar muat gas elpiji tiga kilogram ke atas kapal di Pelabuhan Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (4/5/2021). PT Pertamina (Persero) memperkirakan konsumsi elpiji jelang lebaran Idul Fitri mencapai 26.350 metrik ton per hari atau naik sebesar 5,4 persen dari kondisi normal sebanyak 25 ribu metrik ton per hari.

EKBIS.CO, JAKARTA--PT Pertamina (Persero) mencatat penyaluran elpiji bersubsidi hingga April sebesar 2,42 juta metrik ton. Angka ini naik 4,9 persen daripada realisasi april tahun lalu sebesar 2,30 juta metrik ton.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga  Alfian Nasution menjelaskan kuota elpiji bersubsidi pada 2021 ini dipatok 7,5 juta metrik ton. Naik 5,1 persen dibandingkan kuota 2020 yang sebesar 7,1 juta metrik ton. Hanya dari sisi kuota volume pada April tahun ini turun 2,1 persen dibandingkan kuota yang ditetapkan.

Hanya saja, secara jumlah angka alokasi subsidi realisasi pada April ini membengkak 66 persen. "Sedangkan nilai subsidi dibandingkan dengan realisasi 2020 APBN 2021 sedikit lebih tinggi Rp 40,29 triliun, namun realsiasi 2021 year to date April ada kenaikan 66 persen," ujar Alfian di DPR, Senin (31/5).

Penyebab dari kenaikan ini menurutnya karena harga acuan elpiji atau contract price aramco (CPA) mengalami kenaikan dibandingkan dengan asumsi yang digunakan pada APBN yaitu sebesar 379 dolar per metrik ton. Sementara realisasi dari Januari - April 570 per metrik ton.

Lebih lanjut dia mengatakan sebaran outlet di seluruh Indonesia hampir semua di atas 90 persen. Namun ada juga beberapa daerah yang di bawah 90 persen, misalnya Sumatera bagian Utara (Sumbagut) dan Kalimantan."Jabar, Jateng sudah tersedia di tiap desa, Sulawesi 100 persen nasional 91 persen," katanya.

Kendala daerah yang belum memiliki outlet menurutnya dikarenakan kendala geografis. Direncanakan pada akhir tahun 2021 Pertamina akan menyediakan outlet di Papua dan Maluku yang belum terkonvensi."Dengan selesainya di 2021 maupun awal 2022 konvensi Papua dan Maluku bisa segera lancar," jelasnya.

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement