Senin 07 Jun 2021 11:45 WIB

Azizatun Azhimah, Bangun Kegembiraan Wujudkan Mimpi Bersama

Azizatun Azhimah mengemban amanah untuk memimpin BRI Finance

Rep: Jeihan Kahfi Barlian (swa.co.id)/ Red: Jeihan Kahfi Barlian (swa.co.id)
Azizatun Azhimah, CEO BRI Finance.
Azizatun Azhimah, CEO BRI Finance.

Azizatun Azhimah mengemban amanah untuk memimpin PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance), sebagai direktur utama/CEO, sejak Mei 2020. Sebelumnya, ia menduduki jabatan sebagai Direktur Kepatuhan BRI, induk BRI Finance.

Aziza, sapaan akrabnya, mengaku memimpin di masa pandemi merupakan tantangan yang cukup besar. Meski demikian, ia melihat kondisi yang sulit dapat melahirkan peluang baru juga.

“Banyak unsur ketidakpastian, tapi saya optimistis bahwa pandemi menjadi pendorong setiap orang untuk terus berubah dan lebih aware dalam menjaga kesehatan, dan berusaha lebih keras untuk dapat bertahan,” ujarnya kepada SWA.

Ia mengaku mengajak orang-orangnya di perusahaan pembiayaan ini untuk bekerja secara total football. “Semuanya harus mampu bekerja secara extraordinary karena kita menghadapi situasi yang belum pernah ditemui sebelumnya,” kata perempuan 45 tahun ini.

Menurutnya, leadership yang sesungguhnya justru diuji di masa krisis. Momen ini menjadi kesempatan bagi semua untuk memberikan kontribusi terbaiknya dan memperkuat kolaborasi. Selain itu, ia melihat kondisi krisis akibat pandemi juga dapat menghapus batas-batas (silos) di internal perusahaan dan meningkatkan kepedulian anggota tim satu sama lain.

Sebelumnya, dijelaskan Aziza, BRI Finance lebih fokus pada segmen pembiayaan komersial, seperti pembiayaan alat berat dan mesin. Namun sejak 2016, di mana kepemilikan saham perusahaan dipegang penuh oleh BRI, perusahaan ini mulai mendiversifikasi portofolio dengan menyediakan pembiayaan pada segmen konsumer. “Kami mengembangkan bisnis baru dengan melakukan switching portfolio,” ujarnya.

Pembiayaan di segmen komersial yang menjadi DNA BRI Finance sebelumnya tetap dijalankan, tetapi secara selektif melalui sinergi dengan BRI Group. “Kami menyasar value chain yang ada di BRI Group,” ujar Aziza yang meraih gelar MBA dari Case Western Reserve University, Weatherhead, Amerika Serikat.

Aziza mengungkapkan, pandemi telah menurunkan aset industri pembiayaan dan mengurangi daya beli masyarakat sehingga pembayaran cicilan menjadi terhambat. Namun, ia melihat BRI Finance sebagai pemain baru di segmen konsumer harus mampu menangkap peluang yang masih terbuka luas, terutama peluang pengembangan bisnis pembiayaan kendaraan bermotor ataupun fasilitas dana melalui kolaborasi dengan BRI Group. “Melalui sinergi ini, BRI Finance bisa bermain di titik-titik baru di mana BRI Group berada,” katanya.

Ia menyebutkan, perusahaan multifinance lain sebagian besar terkonsentrasi di beberapa titik tertentu. Adapun BRI Finance memiliki jaringan di 26 lokasi fisik. Mulai akhir tahun lalu, BRI Finance terus memperluas titik pemasaran dengan menambah 100 titik baru hasil koordinasi dengan BRI Group melalui penempatan tenaga pemasaran BRI Finance. “Jadi, kami mencari potensi-potensi blind spot yang belum terkover oleh perusahaan multifinance lain,” katanya.

Untuk penetrasi di sektor konsumer, Aziza berharap bisa menangkap peluang lebih dulu, terutama ketika masa pandemi berakhir. Karena itulah, BRI Finance mempersiapkan secara matang pada aspek infrastruktur, produk, dan area pemasaran. Sebelumnya, kredit kendaraan bermotor dilayani Bank BRI, tetapi sejak tahun lalu semua diarahkan satu pintu melalui BRI Finance.

Menurut Aziza, kondisi pandemi memberi kesempatan untuk memperkuat fundamental perusahaan. Proses kerja yang masih manual dan semimanual ditransformasi menjadi digital untuk meningkatkan pelayanan, proses bisnis diperbaiki, dilakukan transformasi budaya kerja yang lebih baik, serta adaptif terhadap perubahan bisnis. Ia menilai, digitalisasi mampu mempermudah proses bisnis, tetapi tetap harus didukung oleh manajemen risiko dan tata kelola yang baik.

Di samping itu, ia berpendapat, selama pandemi ini aspek produktivitas tetap harus dimonitor agar jangan sampai menjadi kendor ketika karyawan menjalani work from home. Menurutnya, sistem monitoring, delivery hasil kerja, dan evaluasi harus terus dilakukan oleh pimpinan bagian atau unit kerja yang selalu berorientasi pada performance-driven culture dengan selalu mengedepankan penerapan prinsip good corporate gevernance (GCG).

Yang menjadi resep andalan Aziza ketika memimpin adalah mengembangkan budaya sharing, listening, coaching, dan learning. Menurutnya, di posisi apa pun, seorang karyawan harus punya kesamaan visi dan misi serta memiliki sense of responsibility bahwa semua orang yang ada di perusahaan harus bisa memberikan value.

Dalam memimpin di masa pandemi, Aziza memegang prinsip people first. “Keselamatan adalah yang utama,” ujarnya. Ia sering mengingatkan rekan-rekannya untuk selalu menjaga protokol kesehatan dan bahkan ikut dalam kegiatan razia masker di perusahaan.

Selain itu, ia juga suka berbagi tip dan trik untuk menjalani hidup sehat. Ia melihat dirinya sebagai pemimpin harus bisa menjadi pemersatu tim untuk maju bersama-sama membawa perusahaan terus tumbuh secara lestari. Ia pun lebih suka disebut sebagai partner yang bisa memberikan continuous coaching & learning.

“Saya banyak melakukan sharing dengan rekan-rekan dan willing to listen terhadap aspirasi mereka,” katanya. “Karena saya relatif lebih muda dibandingkan pimpinan lain, saya berperan menjembatani antara anak-anak muda dengan yang lebih senior,” ia menambahkan.

Aziza mengaku tidak ingin ada gap antara dirinya dan staf di bawahnya. Ia yakin, jika semua orang dihargai, sense of belonging terhadap perusahaan akan semakin meningkat sehingga bisa bersama-sama memecahkan setiap masalah.

Ia juga membangun suasana kerja yang penuh dengan fun. “Saya berharap hal ini bisa memberi energi bagi saya sendiri dan tim karena jika semua dilakukan atas dasar kegembiraan, suatu mimpi akan bisa terwujud,” tuturnya.

Melihat BRI Finance dari segi kinerja, sepanjang 2020 perusahaan ini telah menyalurkan pembiayaan baru sebesar Rp 1,35 triliun. Selain itu, BRI Finance mengalokasikan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebesar Rp 214,65 miliar yang mampu mengover 139,39% total pembiayaan bermasalah. Adapun angka NPL-net posisi akhir tahun lalu berada di level 1,16%, sedangkan NPL-gross tercatat di level 4,16%.

Di tahun 2021 ini, BRI Finance menargetkan pertumbuhan aset hingga 40%, pembiayaan baru hingga Rp 3 triliun, dan target laba di atas Rp 45 miliar. (*)

www.swa.co.id

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement