Senin 07 Jun 2021 18:25 WIB

Terdampak Pandemi, IKM Tekstil Didorong Tingkatkan Kinerja

Industri tekstil dan pakaian berkontribusi 6,11 persen ke PDB industri nonmigas.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Pabrik tekstil di Indonesia (Ilustrasi)
Foto: KBRI Roma
Pabrik tekstil di Indonesia (Ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendukung pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM). Termasuk sektor tekstil dan pakaian jadi agar mampu bangkit dari tekanan dampak pandemi Covid -19. 

Berbagai strategi telah dilakukan, misalnya mendorong peningkatan produksi dan penjualan melalui dukungan pemasaran online. “Kita tahu IKM bisa lebih lincah berstrategi dengan memanfaatkan aset dan peluang yang ada, sehingga kinerja produktivitasnya dapat meningkat,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin (7/6).

Beberapa waktu lalu, Menperin melakukan kunjungan kerja ke pabrik tekstil penenunan PT Santosa Kurnia Jaya, yang terletak di Jalan Solokanjeruk Majalaya, Kabupaten Bandung. Pabrik yang berdiri sejak 2009 tersebut memproduksi kain polos putih dengan kapasitas hingga 156 ribu meter kain per bulan.

“Kami meninjau kondisi para pelaku IKM tekstil dengan mendengarkan langsung yang mereka butuhkan saat ini. Kemenperin bertekad terus menciptakan iklim usaha yang kondusif, sehingga pelaku IKM di dalam negeri bisa bangkit kembali,” tuturnya.

Didukung tenaga kerja sebanyak 139 orang dan menggunakan 104 unit mesin tenun, PT Santosa Kurnia Jaya berhasil memasarkan produknya ke pasar lokal dalam bentuk jilbab dengan merek Rabbani, Elzata, dan Nibras. Sedangkan untuk ekspor, IKM tekstil tersebut memasok produk bagi dua produsen Jepang, yaitu Hattori Takeshi dan Toyoshima.

Menperin menyampaikan, ekspor tekstil dan produk tekstil perlu dioptimalkan kembali setelah terkena pukulan dampak pandemi Covid-19. Hal ini sejalan dengan optimisme dari pertumbuhan produksi dan permintaan manufaktur yang menunjukkan angka positif.

“Harapan positif terlihat dari angka Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang saat ini berada di posisi tertinggi di Asia. PMI manufaktur Indonesia tembus ke level 55,3 pada Mei 2021, serta lebih tinggi dari negara-negara lain seperti Vietnam, India, China, dan Korea Selatan,” ujarnya.

Maka Kemenperin terus aktif mendukung pemulihan produktivitas IKM tekstil dan pakaian jadi. Langlah strategisnya dengan memberikan berbagai fasilitas seperti restrukturisasi mesin, membuka akses pasar, dan memberikan pelatihan pemasaran online agar bisa mengejar pertumbuhan positif.

Agus menambahkan, demi menjaga keberlangsungan proses produksi atau pengembangan industri, Kemenperin saat ini sedang menyusun peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 terkait pusat penyedia bahan baku dan/atau bahan penolong bagi IKM. Khususnya diperuntukkan bagi IKM yang tidak dapat melaksanakan importasi sendiri, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing IKM.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi industri tekstil dan pakaian jadi mencapai 6,11 persen dari total PDB industri pengolahan nonmigas pada kuartal I 2021. Sementara, ekspor pakaian jadi sepanjang Januari sampai Maret 2021 mencapai 1,94 miliar dolar AS. 

Ekspor didominasi dari kelompok pakaian jadi jenis konveksi dengan nilai 1,64 miliar dolar AS. Sisanya merupakan ekspor pakaian jadi rajutan, perlengkapan pakaian dari tekstil, kaos kaki rajutan, serta pakaian dan perlengkapan dari kulit.

Pada periode sama, ekspor industri tekstil tercatat sebesar 1,06 miliar dolar AS. Ekspor didominasi dari kelompok benang pintal dengan nilai 0,42 miliar dolar AS dan diikuti oleh ekspor serat stapel buatan senilai 0,21 miliar dolar AS, dan barang tekstil lainnya sebesar 0,14 miliar dolar AS, serta beberapa kelompok komoditas lain.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement