Ahad 13 Jun 2021 03:14 WIB

Ekonomi Asia Pasifik Diprediksi Tumbuh 6,3 Persen

Ekonomi Asia Pasifik sempat terkontraksi 1,9 persen pada 2020.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Foto: pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

EKBIS.CO,  JAKARTA-- Analisis Tren Regional (APCE) memperkirakan perekonomian kawasan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) mampu tumbuh  6,3 persen pada tahun ini. Adapun ekonomi kawasan ini sempat terkontraksi 1,9 persen pada 2020.

"Ekonomi kawasan ini diperkirakan tumbuh sebesar 6,3 persen pada 2021 dengan perkiraan peningkatan kuat dalam aktivitas domestik dan global karena meningkatnya permintaan," kata Direktur Unit Dukungan Kebijakan APEC Denis Hew, dalam keterangan resmi seperti dikutip Sabtu (12/6).

Baca Juga

Laporan ini mencatatkan pemerintah seluruh wilayah telah mempelajari cara-cara efektif untuk mengelola pandemi dan masyarakat juga telah belajar untuk beradaptasi dengan cara-cara baru dalam bekerja. Hal ini mengakibatkan pembukaan kembali dan dimulainya kembali kegiatan ekonomi secara bertahap sehingga mampu meningkatkan konsumsi. 

Pengembangan dan produksi berbagai vaksin juga mampu meningkatkan optimisme untuk pemulihan ekonomi yang lebih tahan lama. "Ketakutan terburuk dari tahun lalu tidak terjadi karena kami melihat pemulihan ekonomi yang lebih kuat pada paruh kedua tahun lalu dan ini kemungkinan akan berlanjut sepanjang 2021," katanya.

Dari sisi lain Hew menyatakan Kawasan APEC dihinggapi situasi ketidakpastian berkaitan dengan perkembangan pandemi covid-19. Adapun jumlah pengangguran, hingga ekspektasi inflasi yang lebih tinggi tahun ini sehingga berpotensi menekan belanja konsumen.

Tak hanya itu, Hew menuturkan kelemahan dalam investasi juga diproyeksikan berlanjut hingga 2021 sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan. Adapun laporan ini mengingatkan bahwa pemulihan yang tidak merata di wilayah tersebut sebagian besar terkait dengan perbedaan akses dan ketersediaan vaksin.

Mayoritas negara anggota APEC dapat memperoleh imunisasi secara luas pada pertengahan 2022 dan seterusnya dengan beberapa diantisipasi untuk melakukannya lebih awal yakni pada akhir 2021. Kemudian dampak pandemi yang tidak proporsional juga disoroti dalam laporan tersebut seperti sebagian besar UMKM yang kekurangan modal dan keahlian teknologi untuk beralih ke bisnis online.

“Kekurangan pada UMKM mengakibatkan kerugian dan penutupan serta meningkatkan kerentanan mata pencaharian dan kemiskinan,” ucapnya.

Menurut Ekonom Makro APEC Policy Unit Pendukung Rhea C Hernando, orang-orang dengan keterampilan dan peralatan digital tidak mencukupi atau mereka yang kurang akses internet berpotensi tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan pekerjaan dan studi mereka. Adapun akses yang tidak merata ke vaksin juga memperburuk perbedaan kecepatan dan kekuatan pemulihan ekonomi di wilayah tersebut.

"Pandemi telah menyebabkan kesenjangan dan ketidaksetaraan yang menjadi tantangan signifikan bagi pembuat kebijakan dan masyarakat," ucapnya.

Hernando menegaskan tidak boleh ada negara yang tertinggal dalam upaya pemulihan ekonomi sehingga kerja sama untuk mengatasi pandemi menjadi sangat penting."Juga melaksanakan reformasi struktural untuk meningkatkan pengembangan sumber daya manusia dan melindungi lingkungan," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement