Jumat 09 Jul 2021 15:52 WIB

Kementan Kawal Ketat Proses Penyerapan Gabah Petani

Petugas informasi pasar menyebut laporan harga di bawah HPP di sekitar 60 Kabupaten.

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Hiru Muhammad
Petani merontokan gabah dengan mesin saat panen di Desa Kertawaluya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (18/5/2021). Perum Bulog memastikan tidak akan impor beras untuk tahun 2021 karena masih terus melakukan penyerapan beras dalam negeri. Sementara itu hingga 17 Mei 2021 stok beras yang ada di Bulog telah mencapai 1.395.376 ton.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Petani merontokan gabah dengan mesin saat panen di Desa Kertawaluya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (18/5/2021). Perum Bulog memastikan tidak akan impor beras untuk tahun 2021 karena masih terus melakukan penyerapan beras dalam negeri. Sementara itu hingga 17 Mei 2021 stok beras yang ada di Bulog telah mencapai 1.395.376 ton.

EKBIS.CO, JAKARTA --Kementerian Pertanian mulai mengawal ketat proses penyerapan gabah hasil panen petani. Upaya itu dimulai dengan mengawal daerah untuk menyerap gabah petani di tengah adanya dinamika harga panen saat ini.

“Ada beberapa daerah mengeluh harga gabah jatuh sehingga kita perlu turun lagi gerak di lapangan mensolusi ini,” ujar Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi, dalam pernyataan tertulisnya diterima Republika.co.id, Jumat (9/7).

Suwandi menyampaikan, berdasarkan data petugas informasi pasar, terdapat laporan harga di bawah HPP di sekitar 60 Kabupaten. Pihaknya meminta, bagi kabupaten dan kota yang mengalami harga di bawah HPP agar bergerak bersama Perpadi, Bulog dan RNI untuk menjaga hasil panen petani.

Suwandi  menegaskan kembali untuk penyiapan early warning sistem potensi panen. Gerakan brigade panen perlu dilakukan bersama kostraling, Perpadi, Dinas Pertanian dan supporting dari himbara untuk serap gabah.

“Kita koordinasi dengan Bulog, lakukan upaya mekanisasi di wilayah hujan dengan dryer sehingga harga tidak terlalu jatuh. Siapkan alat penggilingan yang bagus. Kemudian  Sesuai Cara Bertindak 3 dari program Pak Menteri Syahrul Yasin Limpo, siapkan juga untuk membangun lumbung pangan,” kata Suwandi.

Menurut Suwandi, puncak panen kedua harga sudah terdampak turun di bawah hpp artinya sistem di hilir belum begitu kuat dbanding tahun lalu sehingga perlu solusi jangka pendek. Sebenarnya hal ini bisa juga menjadi  peluang untuk ekspor premium.

Suwandi pun menyatakan telah menyiapkan solusi jangka pendek ketika harga jatuh agar segera turun ke lapangan serap gabah sebagaimana sudah dilakukan di Grobogan dan Brebes. Adapun untuk jangka menengah dengan turunkan losses, dryer diperkuat penggilingan naik kelas jadi semi modern dan super modern. Kemudian jangka panjang sistem logistik, distribusi dan hilirisasi diperbaiki

Direktur SCPP, Perum Bulog, Mohamad Suyamto, mengakui adanya kendala saat ini. Ia menyebutkan bahwa gudang saat ini penuh. Penyaluran Bulog saat ini lebih untuk operasi pasar yang sifatnya tidak tentu saat harga tinggi saja. Ia berharap adanya keseimbangan hulu dan hilir.

Sebagai informasi pengadaan 2021, Bulog telah menyerap 741 ribu ton atau setara hampir 1,4 juta ton GKP petani. “Posisi stok kami sudah 1,3 juta ton, sudah mendekati ketetapan Pemerintah 1-1,5 juta ton. Stok lama masih ada 300 ribuan ton. Kami sangat menunggu stok lama ini ada penyelesaian sehingga kita bisa menyerap,” jelasnya.

Sementara itu Ketua Perpadi Sutarto Alimoeso mengakui pasar beras sedang lesu. Perpadi yang Sebagian besar penggilingan kecil umumnya juga juga mengalami kesulitan menyalurkan beras.

Sutarto menilai perlu adanya penyelesaian dari hulu ke hilir secara baik dengan menyediakan anggaran lebih agar bisa revitalisasi dan menyediakan modal cukup bagi penggilingan. “Penyaluran setelah beli harus menjadi perhatian, saya piker Pemda bisa berinisiatif menyerap gabah dari penggilingan kecil,”  katanya. 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement