Sabtu 10 Jul 2021 16:47 WIB

Kementan Ajak Petani Tanam Bawang Merah Biji TSS

APBN 2021 dialokasikan untuk mendukung produksi bamer di 3.900 hektar di Indonesia

Red: Hiru Muhammad
Salah satu strategi yang digunakan Kementerian Pertanian untuk mengamankan pasokan bawang merah (bamer) adalah dengan mendorong penggunaan benih True Seed Shallots (TSS) untuk provitas yang lebih tinggi.
Foto: istimewa
Salah satu strategi yang digunakan Kementerian Pertanian untuk mengamankan pasokan bawang merah (bamer) adalah dengan mendorong penggunaan benih True Seed Shallots (TSS) untuk provitas yang lebih tinggi.

EKBIS.CO, JAKARTA--Salah satu strategi yang digunakan Kementerian Pertanian untuk mengamankan pasokan bawang merah (bamer) adalah dengan mendorong penggunaan benih True Seed Shallots (TSS) untuk provitas yang lebih tinggi. Oleh karena itu, APBN 2021 dialokasikan untuk mendukung produksi bamer di 3.900 hektar di seluruh Indonesia, terutama di wilayah defisit. 

Hal itu disampaikan Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Tommy Nugraha saat menjadi salah satu narasumber bimbingan teknis (bimtek) secara daring untuk para petani, penyuluh, dan penggiat pertanian, Kamis (8/7). Kerja sama antara Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat, Ditjen Jenderal Hortikultura dengan Open Virtual Literacy Room Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (OVIRAL PUSTAKA).

Bimtek membahas bagaimana Meraup Untung dengan Budidaya Bawang Merah Asal Biji/TSS, merupakan bentuk tindak lanjut arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang meminta para staf dan jajarannya untuk tetap produktif melakukan pengawalan serta pendampingan meskipun sedang masa PPKM Darurat Covid-19.

“Pengembangan TSS nasional sebenarnya telah diinisiasi sejak 2018. Kemudian pada tahun 2021, dilakukan pengembangan TSS di lahan seluas 915 hektar di 26 kabupaten. Hasil evaluasi penanaman bawang TSS cukup baik dan berhasil,” ungkap Tommy.

Meskipun TSS bukan barang baru dan telah banyak yang berhasil, ternyata masih banyak petani yang ragu untuk mencoba atau memulai budidaya bawang merah dengan TSS. Melihat kondisi ini, Tommy mengatakan perlu adanya sosialisasi agar dapat meningkatkan keberanian dan kepercayaan petani untuk budidaya bawang merah TSS.

“Sosialisasi TSS ini penting karena bawang merah umbi harganya cukup mahal dan ketersediaannya terbatas. TSS bisa hadir untuk meningkatkan produksi bawang merah dalam negeri. Mudah-mudahan sosialisasi ini dapat meningkatkan keberanian dan kepercayaan petani untuk budidaya bawang merah TSS,” ujarnya.

Peningkatan produksi bawang merah ini sejalan dengan program jangka panjang Gerakan Dorong Produksi Daya Saing dan Ramah Lingkungan Hortikultura (GEDOR HORTI) dan pengembangannya secara nasional akan berbasis Kampung Bawang yang mana merupakan salah satu bagian dari Kampung Hortikultura. Sistem pengembangan berbasis kampung ini tidak hanya menjadi lebih terkonsentrasi, tetapi juga memudahkan untuk pemasaran pascapanennya.

“Kampung Hortikultura ini bertujuan agar kita memiliki daerah yang menjadi sumber budidaya hortikultura yang terkonsentrasi. Kenapa perlu terkonsentrasi? Yakni untuk memudahkan akses pasarnya,” ungkap Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto.

Kampung Hortikultura sendiri merupakan pengembangan kawasan hortikultura dengan mengusung konsep One Village One Variety (OVOV). Konsep ini bertujuan untuk membuat kawasan terkonsentrasi dan berskala ekonomi, sehingga mampu menghasilkan produk segar dan olahan yang bersaing dengan negara lain, terutama dalam hal ekspor. 

Benih Biji TSS Lebih Menguntungkan dari Benih Umbi

PT East West Seeds Indonesia (EWINDO) merupakan salah satu perusahaan yang berhasil mengembangkan bawang merah TSS. PT EWINDO telah merintis TSS sejak 31 tahun yang lalu. Keputusan untuk mengembangkan bawang merah TSS ini berangkat dari pemikiran bahwa petani tidak bisa terus-terusan menggunakan umbi karena tidak bisa meningkatkan produktivitas. Pada 2006, PT EWINDO berhasil mengeluarkan produk TSS sendiri yang diberi nama TUK-TUK. Selanjutnya pada 2009, mengeluarkan produk benih biji hibrida SANREN dan pada 2016 mengeluarkan benih biji LOKANANTA. 

“Perusahaan kami bukan pemain baru. TSS sudah dirintis sejak 31 tahun yang lalu dan ini berangkat dari pemikiran ‘kalau petani terus-terusan menggunakan umbi, tidak bisa meningkatkan produktivitas’,” ungkap Muhamad Ichsanuddin, Acting Product Manager PT EWINDO.

Ichsanuddin menambahkan bahwa mau tidak mau, petani harus mulai transisi dari umbi ke TSS. Hal ini dikarenakan harga bibit umbi semakin tinggi, biaya distribusi bibit umbi juga semakin tinggi. Selain itu, bibit umbi memerlukan ruang penyimpanan yang luas dan berpotensi membawa penyakit dari lahan. TSS dipilih karena memberikan banyak keuntungan.

“Mengapa TSS? Pertama, material tanam relatif murah. Kemudian, mudah dari sisi transportasi, tidak mengambil banyak tempat untuk penyimpanan, menghasilkan umbi sehat bebas patogen, dan produktivitas menjadi lebih tinggi,” jelas Ichsanuddin.

Selanjutnya, Ichsanuddin menjelaskan ada 3 (tiga) metode atau sistem produksi bawang merah TSS untuk konsumsi, yaitu pindah tanam menggunakan semaian, tanam benih langsung, dan penggunaan umbi mini. Metode umbi mini memerlukan waktu yang cukup lama hingga panen, yakni sekitar 8 bulan.

Prospek Tinggi untuk Pasar Ekspor

Bawang merah yang dihasilkan dari budidaya benih biji TSS memiliki prospek yang tinggi untuk pasar ekspor. Willy Agusman, pemilik perusahaan ekspor bawang merah PT Binagloria Enterprindo mengungkapkan bahwa efektivitas bawang merah TSS untuk ekspor bisa mencapai 90 persen. Efektivitas ini jauh lebih tinggi daripada bawang merah Bima yang selama ini menjadi primadona tujuan ekspor.

“Bawang Bima yang primadona tujuan ekspor itu efektivitasnya hanya 60 persen. Sementara TSS bisa mencapai 90 persen. Bisa dihitung sendiri keuntungannya,” ujar Willy.

Tidak hanya efektivitasnya, ukuran bawang merah TSS varietas Lokananta juga memberikan keuntungan lebih untuk ekspor. Ukuran bawang merah TSS Lokananta lebih besar dari ukuran super bawang merah Bima. Selain itu, bentuk yang dimiliki bawang merah TSS juga sangat sesuai dengan permintaan pasar ekspor.

Hasil bawang merah TSS yang bagus untuk ekspor sangat ditentukan dari hasil budidayanya. Willy menambahkan, dalam membudidayakan bawang merah TSS, perhatikan penggunaan pupuk ureanya karena jika berlebihan dapat menyebabkan busuk akar. Kemudian, dari segi penanganan pascapanen, Willy menyarankan untuk dijemur hingga kering karena harga jualnya di pasar ekspor lebih tinggi.

“Jangan terlalu banyak pupuk urea karena dapat menyebabkan bawang merah TSS busuk akar. Lalu untuk pascapanen, sebaiknya dijemur hingga kering karena dari pengalaman saya ekspor, bawang merah kering bisa mendapat harga lebih bagus,” tambahnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement