EKBIS.CO, JAKARTA -- Pada 2021, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Hortikultura memiliki program prioritas Pengembangan Kampung Hortikultura. Program ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya saing produk hortikultura, yang mana menjadi arah kebijakan pengembangan hortikultura dan diharapkan dapat menjadi solusi peningkatan produksi dan pemenuhan pangan, sekaligus juga menjadi legacy Direktorat Jenderal Hortikultura untuk pertanian Indonesia, sesuai dengan arahan dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Kampung Hortikultura merupakan pengembangan kawasan hortikultura yang terdiri dari kawasan sayur, kawasan buah, kawasan tanaman obat, dan kawasan florikultura dengan mengusung konsep One Village One Variety (OVOV). Konsep ini bertujuan untuk membuat kawasan terkonsentrasi dan berskala ekonomi, sehingga mampu menghasilkan produk segar dan olahan yang bersaing dengan negara lain, terutama dalam hal ekspor.
Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman mengungkapkan bahwa untuk kampung buah, ada sekitar 900 kampung yang akan dikembangkan di seluruh Indonesia. Demi terwujud dan terimplementasinya kampung buah, maka Direktorat Jenderal Hortikultura mengadakan seri bimbingan teknis (bimtek) secara daring sebagai bentuk pendampingan terhadap para petani dan penyuluh di lapangan.
“Kita ingin kampung yang akan dikembangkan ini benar-benar bisa terwujud dan terimplementasi di lapangan. Maka dari itu, secara berseri kita adakan bimtek online untuk pendampingan,” ujar Liferdi saat membuka bimtek bertajuk Kiat Sukses Budidaya Lengkeng dalam Mendukung Kampung Buah, Rabu (21/7).
Dari 900 kampung buah yang akan dikembangkan, 120 kampung di antaranya merupakan kampung lengkeng. Hal ini dikarenakan produksi lengkeng mengalami peningkatan luar biasa. Menurut data BPS, pada 2019 produksi lengkeng mencapai 1.162 ton. Pada 2020, produksi naik menjadi 1.236 ton dan pada Mei 2021, tercatat sudah ada 590 ton lengkeng yang diproduksi.
Potensi tinggi Kampung Lengkeng
Ketua Perhorti, Slamet Susanto menyatakan bahwa lengkeng adalah salah satu buah yang cukup banyak permintaannya di Indonesia. Ini terbukti dari angka impor yang masih relatif tinggi. Oleh karena itu, Slamet mendukung adanya kampung lengkeng untuk meningkatkan produksi dan memenuhi permintaan dalam negeri.
Slamet menambahkan ada beberapa keunggulan dari membudidayakan lengkeng, di antaranya lengkeng memiliki harga jual yang baik, produktivitasnya tinggi, kemampuan adaptasi luas, disukai masyarakat, dan memiliki potensi agrowisata.
“Harga jual lengkeng cukup baik, produktivitas tinggi, dan memiliki kemampuan adaptasi yang luas. Selain itu, karena disukai masyarakat, potensi agrowisata pada kampung lengkeng juga cukup tinggi,” jelas Slamet.
Potensi kampung lengkeng dapat dilihat pada Agrowisata Kebun Kelengkeng Borobudur Magelang. Pembina Agrowisata Kebun Kelengkeng Borobudur, Serda Mugiyanto memaparkan bahwa kebun binaannya ini bisa menghasilkan nilai tambah kepada bumdes berupa keuntungan bersih hingga Rp100 juta per tahun.
Mugiyanto menambahkan, kebun ini tadinya merupakan lahan yang tidak produktif. Kemudian, Mugiyanto bersama kelompok tani binaannya mengelola lahan ini dengan membudidayakan lengkeng varietas Kateki yang merupakan varietas paling unggul.
“Lengkeng Kateki ini varietas paling unggul. Buahnya manis, dagingnya tebal, dan bijinya juga kecil. Bisa juga dibuahkan kapan saja tanpa kenal musim dan bisa hidup di dpl rendah, medium, hingga tinggi,” ujar Mugiyanto.
Dalam membudidayakan lengkeng, baik Slamet maupun Mugiyanto sepakat bahwa ada 3 (tiga) aspek kunci yang harus diperhatikan. Pertama adalah bibit yang tepat dan menggunakan varietas unggul. Kemudian, harus memiliki kesesuaian agroklimat dan dibudidayakan dengan agroteknologi yang tepat.