EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Mega Tbk menghimpun laba bersih sebesar Rp 1,56 triliun pada semester satu 2021. Adapun realisasi ini tumbuh 32 persen dari perhitungan laba sebesar Rp 1,18 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan, pertumbuhan laba tersebut berasal dari dua segmen. Di antaranya adalah pendapatan bunga bersih (net interest income) naik 23 persen menjadi Rp 2,4 triliun dibandingkan posisi Rp 1,98 triliun pada posisi yang sama tahun lalu.
"Pendapatan bunga bersih ini tak lepas dari kenaikan pertumbuhan kredit," ujar Kostaman dalam keterangan resmi seperti dikutip Jumat (30/7).
Dari sisi kredit, Bank Mega mencatat penyaluran kredit sebesar Rp 52,46 triliun atau tumbuh delapan persen pada semester satu 2021. Adapun segmen kredit ditopang oleh pertumbuhan kredit korporasi sebesar 16 persen menjadi Rp 30,29 triliun dan kredit komersial tumbuh tiga persen menjadi Rp 2,28 triliun.
"Kualitas rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) mulai susut menjadi 1,26 persen pada Juni 2021, dibandingkan posisi 1,56 persen pada periode yang sama tahun lalu," ucap Kostaman.
Ia menambahkan, pertumbuhan laba juga berasal dari penurunan biaya operasional menjadi Rp 1,54 triliun. "Penurunan biaya operasional tersebut karena ada program efisiensi dan digitalisasi yang dilakukan perbankan," kata Kostaman.
Kostaman menyebut hasil dari efisiensi operasional melalui inovasi digital dan otomasi tersebut telah berbuah manis pada penurunan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang menjadi 62,05 persen pada Juni 2021, dibandingkan posisi 70,18 persen pada Juni tahun lalu.
Kemampuan Bank Mega dalam mencatatkan pertumbuhan laba juga tercermin pada rasio return on asset/ROA) naik menjadi 3,45 persen dan rasio return on equity/ROE) naik menjadi 19,13 persen.
Ke depan, likuiditas dan modal Bank Mega masih cukup untuk memenuhi pertumbuhan bisnis. Bank Mega mencatat penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar enam persen menjadi Rp 84,07 triliun, serta rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 27,31 persen.