Jumat 30 Jul 2021 17:31 WIB

Erick: Efisiensi Jadi Kunci BUMN Bertahan di Masa Pandemi

Erick menyebut kilang-kilang Pertamina sudah mulai kembali profit.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Foto: Republika/Abdan Syakura
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan efisiensi menjadi salah satu kunci agar BUMN tetap bertahan dalam situasi pandemi saat ini. Erick menyebut 90 persen BUMN mengalami tekanan akibat pandemi. Hanya empat BUMN yang masuk kategori stabil, bahkan bertumbuh dalam pandemi yakni sektor telco, healthcare, plantation, serta food dan agriculture.

"Dengan efisiensi yang kita lakukan, kalau dilihat laporan keuangan PLN, Pertamina, Himbara, dan Telkom sangat bagus hasilnya. Bayangkan saja seperti PLN capexnya kita cut sampai 24 persen, penghematan ada Rp 24 triliun, buku PLN sekarang lebih baik," ujar Erick di Jakarta, Jumat (30/7).

Pun Pertamina yang melakukan efisiensi pada subholding. Erick menyebut kilang-kilang Pertamina sudah mulai kembali profit. Selain efisiensi, Erick juga mendorong BUMN melakukan restrukturisasi dan transformasi.

Kata Erick, penyertaan modal negara (PMN) yang diberikan kepada BUMN pun diprioritaskan untuk restrukturisasi. Erick memaparkan kontribusi BUMN kepada negara selama sepuluh tahun terakhir mencapai Rp Rp 3.295 triliun yang terdiri atas Rp 1.800 ttriliun pajak, Rp 1.000 triliun PNBP, dan dividen sebesar Rp 388 triliun. Erick menyebut PMN yang diberikan hanya sekitar empat persen atau jauh lebih kecil dibandingkan kontribusi untuk negara. 

"Pada saat ini PMN diperlukan bukan untuk proyek baru tapi untuk pascacovid yang sangat penting," ungkap Erick.

Erick mengatakan biaya logistik Indonesia tergolong masih sangat tinggi di angka 24 persen atau lebih besar daripada rata-rata biaya logistik dunia yang berada di angka 13 persen.

Erick menyebut PMN akan digunakan BUMN untuk sejumlah proyek strategis seperti pembangunan jalan tol yang mendorong peningkatan konektivitas dan menekan tingginya biaya logistik. 

"Namanya logistik itu berpengaruh juga untuk covid, kalau kita distribusi obat-obatan dan makanan, mahal, akhirnya ada inefisiensi yang terjadi dan itu cukup tinggi," ucap Erick.

Selain itu, ada juga program listrik masuk desa, program satu juta rumah, dan restrukturisasi Jiwasraya yang bertahun-tahun tidak dapat diselesaikan. 

"Industri asuransi ke depan ini menjadi sangat penting sebagai fundamental yang menjadi bagian penting juga tadi penyeimbang ekonomi. Restrukturisasi kita harus jalankan, jadi PMN Ini kebanyakan di situ memang," kata Erick.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement