EKBIS.CO, JAKARTA-- PT Bank Maybank Indonesia Tbk mencatatkan laba bersih sebesar Rp 510 miliar pada semester satu 2021. Adapun realisasi ini turun 37 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 810 miliar.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan penurunan laba tersebut disebabkan dampak pandemi Covid-19 yang berkelanjutan sejak kuartal pertama 2020. "Kondisi pandemi saat ini cukup memprihatinkan, data pemerintah menunjukkan telah terjadi peningkatan kasus positif Covid-19 di akhir kuartal kedua 2021. Hal ini telah berdampak pada sejumlah aktivitas masyarakat dan bisnis, termasuk sektor keuangan," ujarnya dalam keterangan resmi seperti dikutip Senin (2/8).
Meski demikian, dia menilai kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan akselerasi program vaksinasi oleh pemerintah, dapat menumbuhkan kepercayaan pasar terkait pemulihan ekonomi secara bertahap.
Sementara itu, Presiden Komisaris Maybank Indonesia Datuk Abdul Farid Alias menambahkan pihaknya melihat dampak pandemi Covid-19 masih terus berlanjut. Namun, dia tetap optimis kondisi yang menantang dan tidak pasti saat ini dapat diatasi pada waktunya.
"Kami yakin dengan menerapkan prinsip kehati-hatian terkait pengelolaan aset dan likuiditas, didukung manajemen risiko yang kuat, bank dapat mengatasi tantangan saat ini. Kami percaya terhadap prospek pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan senantiasa aktif dalam menyediakan layanan perbankan yang lebih baik kepada nasabah," ujar Abdul.
Net interest income (NII) atau pendapatan bunga bersih turun 12,1 persen menjadi Rp 3,5 triliun. Hal ini seiring penurunan penyaluran kredit dan imbal hasil (yield) kredit.
“Hal itu sejalan dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia dan dampak proses restrukturisasi kredit yang sedang berlangsung bagi nasabah yang terdampak pandemi,” ucapnya.
Net interest margin (NIM) atau marjin bunga bersih turun 54 basis poin menjadi 4,47 persen pada Juni 2021, dibandingkan 5,01 persen pada periode yang sama tahun lalu. Namun, NIM meningkat 12 basis poin dibandingkan kuartal pertama 2021 sebesar 4,35 persen, didukung oleh biaya bunga yang membaik.
Pendapatan jasa atau fee based income perseroan turun 19,6 persen menjadi Rp 952 miliar pada semester pertama 2021, akibat menurunnya pendapatan fee dari transaksi pasar global, namun fee terkait bancassurance bertumbuh 79 persen menjadi Rp 106 miliar. Secara kuartalan, pendapatan fee tumbuh 10 persen menjadi Rp 498 miliar pada kuartal kedua 2021 dari Rp 453 miliar pada kuartal pertama 2021.
“Turunnya pendapatan bunga kredit dan pendapatan jasa akibat pandemi yang masih berlangsung dapat diimbangi oleh berbagai upaya bank, diantaranya menekan biaya provisi, biaya kredit dan biaya overhead,” ucapnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, bank secara proaktif mengambil langkah konservatif untuk mencadangkan provisi pada portofolio di seluruh segmen bisnis, khususnya di tengah kondisi yang menantang. Adapun langkah itu memberikan kontribusi pada penurunan biaya provisi bank sebesar 21,6 persen menjadi Rp 763 miliar dari Rp 1,01 triliun.
Selain itu, bank terus memantau dan mendampingi nasabah yang sedang menghadapi tantangan. Bank juga mempertahankan risk posture pada tingkat yang memadai untuk menjaga kualitas asetnya, sehingga bank dapat mencatat rasio kredit bermasalah atau NPL (konsolidasian) yang membaik menjadi 4,4 persen (gross) pada Juni 2021 dibandingkan lima persen (gross) pada periode yang sama tahun lalu.
Bank berhasil mengendalikan biaya overhead, yang tercatat turun 6,1 persen menjadi Rp2,9 triliun, didukung oleh upaya berkelanjutan terhadap pengelolaan biaya di seluruh organisasi, termasuk penerapan bekerja dari rumah atau work from home selama pandemi.