EKBIS.CO, JAKARTA -- Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga Syariah) menegaskan, perbankan syariah sudah mulai kompetitif di pasar dan dapat memberikan pelayanan yang juga baik.
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara mengakui, industri perbankan syariah memang masih dibatasi dengan kapabilitasnya untuk bisa memberikan pricing yang murah. Sebab, masih banyak bank syariah BUKU I dan BUKU II.
"BUKU I dan BUKU II itu permodalannya kurang, rasio dana murahnya rendah, jadi kurang efisien dalam memberikan pricing pembiayaan," kata Pandji dalam Paparan Kinerja CIMB Niaga Syariah Semester I 2021, Kamis (19/8).
Ia mengakui, ini masih menjadi satu masalah di industri perbankan syariah. Sehingga perlu lebih banyak terobosan, seperti mencari keunikan produk syariah yang tidak bisa ditemui di bank konvensional sehingga pasar lebih tertarik pada bank syariah.
"Di CIMB Niaga sendiri, produk konvensional dan syariahnya punya pricing yang sama, jadi cukup kompetitif. Terserah nasabah mau pilih yang mana, tapi biasanya kita selalu tawarkan produk syariahnya dulu," kata Pandji.
Head of Shariah Consumer CIMB Niaga Bung Aldilla menambahkan, produk pembiayaan CIMB Niaga Syariah sudah sangat kompetitif di pasar, terutama di segmen pembiayaan konsumer. Pricing yang rendah juga sering ditawarkan melalui promo-promo.
Misal, saat ini sedang berlangsung promo pembiayaan kepemilikan rumah (KPR) dengan rate khusus hanya 2,66 persen di tahun pertama. Selain itu, rate untuk pembiayaan kendaraan bermotor yang hanya 0,65 persen per bulan, tanpa uang muka, tanpa penahanan BPKB.
"Ini membuktikan bank syariah juga bersaing. Saya rasa tidak ada yang punya rate serendah itu bahkan di bank konvensional besar," kata Aldilla.
Segmen konsumer menjadi salah satu fokus dari pembiayaan CIMB Niaga Syariah pada tahun ini, khususnya di sisi KPR dan perdagangan untuk UMKM. Pembiayaan KPR kini didominasi oleh nasabah generasi milenial, tidak jarang nasabah dengan usia mulai 20 tahun.
Pembiayaan konsumer tercatat naik 11,8 persen atau sekitar Rp 1,9 triliun. Lebih dari 80 persen dari nilai tersebut dikontribusi oleh KPR. Sementara pembiayaan UMKM tumbuh 13,8 persen atau sekitar Rp 200 miliar menjadi Rp 1,4 triliun pada Juni 2021.