EKBIS.CO, JAKARTA --- Di tengah situasi sulit pandemi Covid 19, rupanya tak hanya kisah menyedihkan karena tingginya kasus positif hingga angka kematian yang hadir. Saat pandemi ini, sejumlah perusahaan ternyata berhasil melakukan langkah strategis.
Seperti PT Oneject Indonesia (Oneject), sister company PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA), produsen alat suntik Auto Disable Syringe (ADS) dan safety needle terbesar di Asia, yang berhasil mengekspor alat suntik sekali pakai atau ADS, guna memenuhi kebutuhan UNICEF (United Nations Children's Fund) dan juga ke Ukraina. Secara keseluruhan, total volume mencapai 200 kontainer atau 150 juta pieces alat suntik ADS.
Pelepasan ekspor itu secara seremonial dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan didampingi oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di pabrik kedua PT Oneject Indonesia, kawasan Industri KITIC, Delta Mas, Cikarang, Kamis (26/8).
Dalam keterangan pers yang diterima Republika, Jumat (27/8), Luhut menyampaikan bahwa ekspor ini merupakan langkah yang saat baik, di tengah upaya pemerintah untuk mengampanyekan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) serta mendorong ekspor produksi jadi.
“P3DN penting untuk dilakukan dan harus didukung oleh semua pihak guna meningkatkan kesempatan lapangan kerja di sektor ini dan mampu menghemat devisa bahkan meningkatkan ekspor yang berdampak bagi perekonomian nasional seperti yang dilakukan Oneject Indonesia ini,” ungkap Luhut.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, mengungkap komitmen pemerintah mendukung perusahaan dalam negeri yang berorientasi ekspor. “Saya bangga Oneject bisa menjual produknya ke UNICEF. Hal tersebut membuktikan perusahaan ini pasti memiliki tata kelola perusahaan yang bagus dan harga yang kompetitif,” kata Menkes Budi.
Direktur Utama PT Oneject Indonesia Jahja Tear Tjahjana menjelaskan, ekspor kali ini untuk memenuhi permintaan UNICEF sebanyak 120 juta pieces. Sementara untuk memenuhi permintaan Kementerian Kesehatan Ukraina, perusahaan mengekspor 30 juta ADS, sehingga total ekspor mencapai 150 juta ADS atau 200 kontainer dengan total nilai penjualan senilai 10,5 juta dolar AS.
“Sejak 2008, perusahaan melakukan ekspor ke berbagai negara seperti Italia, Jerman, Nepal, Kuba, Pakistan, Algeria, Kenya, Tanzania, Sri Lanka dan juga ke lembaga internasional lainnya. Dengan target kapasitas produksi ADS dan safety needle mencapai 1,2 miliar per tahun, 50 persen untuk mengisi kebutuhan dalam negeri dan sisanya diekspor,” papar Jahja.
Akuisisi
Langkah strategis pun dilakukan oleh PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) yang melakukan akuisisi terhadap PT Holi Pharma. Sejalan dengan rencana untuk ekspansi dan menambah diversifikasi produk, serta kapasitas produksi, PT Pyridam Farma Tbk dengan nama emiten PYFA melakukan tanda tangan perjanjian untuk mengakuisisi 100 persen saham PT Holi Pharma.
“Ekspansi ini akan menambah kapasitas produksi grup secara keseluruhan lebih dari tiga kali lipat dari kapasitas yang ada. Kami yakin melalui akuisisi ini akan memperkuat posisi kami di bidang industri farmasi Indonesia,'' ujar Direktur PT Pyridam Farma Tbk (PYFA), Yenfrino Gunadi, dalam keterangan pers, Jumat (27/8).
Yenfrino menambahkan bahwa proses akuisisi ini merupakan langkah awal dari berbagai inisiatif yang sedang dikembangkan.
Selanjutnya, perseroan akan terus berinovasi dengan menjalin kerjasama strategis dengan berbagai industri untuk memajukan industri layanan kesehatan di Indonesia dan menghadirkan produk-produk yang menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia.
PT Pyridam Farma Tbk sendiri merupakan perusahaan farmasi dengan bisnis utama berupa produksi dan/atau distribusi obat-obatan modern dan tradisional serta distribusi alat kesehatan seperti alat laboratorium dan juga alat tes PCR. Perusahaan ini didirikan pada 1976 dan sudah menjadi perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 2001.