EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,48 triliun, naik 34,29 persen (yoy). BSI menargetkan laba 2021 mencapai Rp 2,9 triliun hingga Rp 3 triliun.
"Target bisnis tidak berubah meskipun ada kekhawatiran adanya PPKM, kita masih optimis terkait profitabilitas dan lainnya," Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho dalam Public Expose IDX-BSI, Kamis (9/9).
BSI memperkirakan pertumbuhan pembiayaan dan pendanaan bisa positif, NIM dan kualitas aset pun bisa terjaga. "Insya Allah, kita akan mencatat profitabilitas sebesar Rp 2,9 triliun sampai Rp 3 triliun untuk tahun 2021," kata Cahyo.
Pertumbuhan pembiayaan pada 2021 ditargetkan pada kisaran angka tunggal dan target pertumbuhan pendanaan mendekati pertumbuhan pembiayaan. Sementara target NIM sbesar 5,5 persen-6 persen. Target NPF gross sebesar 2,9 persen-3,1 persen.
Cahyo mengatakan, kenaikan laba semester I 2021 didorong pertumbuhan pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) yang berkualitas, sehingga biaya dana dapat ditekan. Kenaikan pendapatan margin dan bagi hasil yang tumbuh sekitar 12,71 persen (yoy).
Dengan pertumbuhan laba signifikan, BSI dapat meningkatkan rasio profitabilitas. Hal itu ditandai dengan meningkatnya return on equity (ROE) dari 11,69 persen per Juni 2020 menjadi 13,84 persen per Juni 2021. BSI menarget ROE 18 persen dengan valuasi kuat atau PBV di atas dua.
Direktur Risk Management BSI Tiwul Widyastuti menambahkan, BSI menargetkan pencadangan yang tinggi untuk menanggulangi risiko dari restrukturisasi. Demi menjaga kualitas pembiayaan, BSI telah mencadangkan cash coverage sebesar 144,07 persen sampai semester I 2021.
"BSI menargetkan cash coverage antara 125 persen hingga 140 persen pada 2021 untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian," kata Tiwul.
BSI juga mengapresiasi langkah pemerintah mempercepat pemulihan ekonomi nasional melalui perpanjangan restrukturisasi Covid-19 sampai Maret 2023. BSI sendiri, hingga 30 Juni 2021, telah restrukturisasi pembiayaan secara bankwide sebesar Rp 29,42 triliun atau 18,22 persen dari total portofolio pembiayaan.