Selasa 21 Sep 2021 09:24 WIB

IHSG Berpotensi Terkoreksi karena Tekanan Sentimen Global

IHSG diprediksi akan cenderung bergerak lesu sepanjang hari ini.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja melintas dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Pekerja melintas dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahannya pada hari ini, Selasa (21/9). Perdagangan sesi pertama dibuka turun ke level 6.049,79 dan terus terpangkas tajam sebesar 1,18 persen ke posisi 5.996,40.

Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG akan cenderung bergerak lesu sepanjang hari ini. Indeks saham di Asia dibuka turun mengikuti indeks saham utama di Wall Street dimana S&P 500 dan NASDAQ menderita penurunan harian terbesar sejak Mei 2021. 

Indeks Dow Jones terpangkas sebesar 1,78 persen pada perdagangan semalam. Kemudian indeks S&P 500 terkoreksi sebesar 1,70 persen. Nasdaq mengalami penurunan paling tajam yaitu sebesar 2,19 persen. 

"Kinerja indeks saham tertekan oleh kekhawatiran mengenai potensi dampak dari gagal bayar (default) Evergrande, perusahaan property terbesar kedua di China," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Selasa (21/9). 

Evergrande sedang kesulitan mengumpulkan dana untuk membayar kreditur, supplier dan investor. Pekan ini, Evergrande harus menyiapkan dana sebesar 83,5 juta dolar AS untuk membayar bunga dari obligasinya yang jatuh tempo pada 2022. 

Pada 29 Septemeber nanti, Evergrande kembali harus membayar 47,5 juta dolar AS, bunga dari obligasinya yang jatuh tempo tahun 2024. Menurut riset, selama ini perusahaan properti besar adalah mesin pertumbuhan ekonomi China. 

Pertemuan FOMC juga masih menjadi fokus perhatian investor. Bank sentral AS, the Fed, diprediksi akan mengirimkan sinyal terkuat mengenai pengetatan kebijakan moneter. The Fed diyakini akan secara resmi mengumumkan penarikan (tapering) paket stimulus moneter pada November mendatang.  

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) turun menjadi 1,32 persen di tengah aksi jual besar-besaran di pasar saham. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement