EKBIS.CO, JAKARTA -- Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 3,7 persen pada tahun ini. Adapun angka ini masih di bawah Australia dan Korea Selatan dengan PDB sebesar empat persen, Kanada 5,4 persen, dan Amerika Serikat enam persen.
"Pertumbuhan ekonomi pada tahun ini, didorong oleh kebijakan yang kuat, pengembangan efektivitas vaksinasi, dan kembalinya beberapa aktivitas ekonomi," tulis OECD dalam laporan resmi seperti dikutip Kamis (23/9).
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di bawah rata-rata negara G20 yakni sebesar 6,1 persen. Namun, OECD menilai setidaknya Indonesia masih lebih unggul dibandingkan Arab Saudi sebesar 2,3 persen, Jepang 2,5 persen, Rusia 2,7 persen, dan Jerman 2,9 persen.
Sementara itu, Indonesia diproyeksikan akan bertumbuh hingga 4,9 persen pada 2022. Adapun angka ini masih di bawah target pemerintah Presiden Joko Widodo sebesar lima persen hingga 5,5 persen.
Kemudian pertumbuhan PDB rata-rata dunia pada tahun ini berkisar angka 5,7 persen dan 4,5 persen pada 2022. PDB global telah berhasil kembali ke posisi sebelum pandemi, namun hasilnya masih terjadi ketimpangan di beberapa negara.
Dari segi inflasi, organisasi internasional ini meramal inflasi Indonesia sekitar 2,2 persen dan 2,9 persen pada 2022. Adapun proyeksi ini masih lebih baik dibandingkan target pemerintah sebesar tiga persen dalam Rancangan APBN 2022.
Inflasi Indonesia masih lebih baik jika dibandingkan dengan Australia 2,3 persen, Kanada 3,1 persen, Amerika Serikat 3,6 persen, Turki 17,8 persen, hingga Argentina sebesar 47 persen.
Rata-rata negara G20 turut diprediksikan akan mengalami inflasi di atas Indonesia hingga 3,7 persen. “Pemulihan ekonomi akan terus berlanjut, namun momentum pertumbuhan tersebut masih mengalami perlambatan,” tulis OECD.