EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Destiawan Soewardjono mengatakan perusahaan berusaha memperbaiki keuangan dengan asset recycling atau divestasi ruas tol. Destiawan menyampaikan pelepasan aset ruas tol Waskita telah berlangsung sejak 2019.
"Aset recycling ada 19 ruas tol kami sudah dilakukan sejak 2019. Saat ini kami telah divestasi dua ruas tol. 2020 juga ada beberapa ruas yang kami tawarkan, tapi karena Covid jadi tidak berhasil," ujar Destiawan saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR terkait pembahasan rencana right issue Waskita Karya di gedung DPR, Jakarta, Senin (27/9).
Untuk 2021, ucap dia, Waskita berhasil melepas ruas tol Medan-Kualanamu kepada Kings Ring Limited, ruas Semarang-Batang dan Cinere-Serpong kepada SMI, serta ruas Cibitung-Tanjung Priok oleh Pelindo II yang ditargetkan rampung bulan depan. Destiawan optimistis pelepasan ruas tol akan menurunkan beban utang perusahaan ke depan.
Pada 2019, utang Waskita tercatat sekitar Rp 90,9 triliun yang terdiri atas utang sebesar Rp 70,9 triliun kepada bank dan obligasi dan utang kepada vendor yang sebesar Rp 20 triliun.
"Apabila aset recycling Waskita berhasil, masih ada 13 ruas, maka akan mengurangi beban utang konsolidasi sebesar Rp 41 triliun," ucapnya.
Destiawan menyampaikan penyertaan modal negara (PMN) 2021 sebesar Rp 7,9 triliun merupakan penguatan permodalan dalam rangka restrukturisasi. Ia menjelaskan dana PMN akan digunakan untuk penyelesaikan pembangunan tujuh ruas tol yang meliputi Kayu Agung-Palembang-Betung, Bekasi-Cawang-Kampung Melayu, Cimanggis-Cibitung, Ciawi-Sukabumi, Krian-Legundi-Bunder-Manyar, Pasuruan-Probolinggo, dan Pejagan-Pemalang.
Destiawan menilai penyelesaian tol akan mendorong Waskita melalukan percepatan divestasi. Destiawan meyakini pemberian PMN dan rencana rights issue senilai Rp 4 triliun melalui pasar modal akan mempercepat pemulihan keuangan perusahaan dengan rincian CAGR pendapatan usaha 2021-2026 akan meningkat 26 persen, CAGR laba bersih 21-26 meningkat 25 persen, laba bersih positif mulai 2023, current ratio minimal 1 kali mulai 2023, ekuitas 2021 sebesar Rp 21,7 triliun, dan debt to equity ratio 2021 penurunan cukup tajam sebesar 3.68 kali.
"Perhatian bagi kami dalam rights issue antara lain waktu yang terbatas, kami juga melakukan mitigasi apabila rights issue HMETD yang ditawarkan ke publik tidak terserap seusai target, serta rights issue HMETD di bawah nilai buku," lanjutnya.
Destiawan mengungkapkan memburuknya kesehatan perusahaan lantaran sejumlah hal, mulai keputusan pengambilan proyek, termasuk turnkey dilakukan hanya satu atau dua orang direktur, mekanisme keputusan investasi landbank belum diatur secara jelas, over investment di bisnis jalan tol yang dibiayai pinjaman jangka pendek, tidak terdapat direktur yang membidangi manajemen risiko, kompetisi sesama BUMN karya yang tidak sehat sehingga margin konstruksi sangat rendah, tidak ada sistem informasi terpadu bagi manajemen maupun project manager untuk memantau profitabilitas, solvabilitas, dan likuiditas.
Menurut Destiawan, Waskita mulai melakukan sejumlah transformasi melalui perbaikan anggaran dasar untuk mengatur kewenangan pemutusan proyek dan investasi sekaligus mengaktifkan peran komisaris, penambahan nomenklatur direktur manajemen risiko merangkap direktur keuangan dan perbaikan SOP untuk pemutusan secara four eyes principle, pembentukan komite risiko konstruksi dan investasi, penentuan spesialisasi Waskita di bidang infrastruktur air dan bandara, hingga penerapan enterprise resource planning dan financial dashboard hingga ke level proyek konstruksi dan investasi.