EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Perikanan Indonesia (Persero) atau Perindo melakukan ekspor perdana gurita hasil tangkapan nelayan di ujung pulau Indonesia bagian Barat, yakni di Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh ke Tokyo, Jepang. Direktur Operasional Perindo Raenhat Tiranto Hutabarat mengatakan ekspor ini merupakan sejarah dan yang pertama kalinya, hasil perikanan Simeulue berupa gurita dapat dinikmati di mancanegara.
"Data BPS mencatat, Kabupaten Simeulue belum pernah melakukan ekspor komoditas perikanan. Dari 24 kabupaten dan kota di Provinsi Aceh, baru Kota Aceh saja yang melakukan ekspor perikanan ke mancanegara," ujar Raenhat usai melepas ekspor gurita ke Jepang via jalur laut pada Senin (27/9).
Raenhat menyampaikan hal ini pertama kalinya perusahaan memasarkan hasil tangkapan nelayan Pulau Simeulue ke pasar ekspor. Menurut dia, komoditas gurita di Simeulue adalah produk yang paling dilirik oleh Negeri Sakura.
Sebagai BUMN perikanan, ucap Raenhat, Perindo yang melakukan ekspor gurita ke Tokyo, Jepang. Adapun pada tahap pertama, Perindo menyerap tangkapan nelayan Simeulue sebanyak 10 ton gurita untuk diekspor ke Jepang. Alurnya, gurita dari Simeulue dibawa ke Belawan melalui jalur darat untuk selanjutnya dikirim via laut ke Jepang oleh Perindo Cabang Belawan.
"Kami berkomitmen mendukung para nelayan di ujung barat Indonesia untuk memasarkan produknya ke mancanegara. Komitmen ini berupa ekspor tahap awal 10 ton gurita dan berlanjut 15 ton setiap bulannya hingga 2022," ucap Raenhat.
Raenhat memproyeksi potensi nilai ekspor mencapai Rp 25 miliar untuk ekspor gurita Kabupaten Simeulue hingga 2022. Menurut Raenhat, nelayan di Pulau Simeulue harus mendapatkan perhatian lebih.
Raenhat menilai potensi perikanan Kabupaten Simuelue yang merupakan pulau kecil yang dikelilingi Samudera Hindia sangat besar. Kata Raenhat, mata pencaharian terbesar pun didominasi nelayan. Oleh sebab itu, nelayan harus naik kelas dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia.
"Hal ini sesuai dengan amanah Menteri BUMN Erick Thohir untuk memajukan ketahanan pangan, salah satunya di sektor perikanan dengan memberdayakan nelayan sebagai ujung tombak perikanan Indonesia yang didukung BUMN Perikanan sebagai off-takernya," kata Raenhat.
Berdasarkan BPS, ungkap Raenhat, nilai ekspor produk perikanan Indonesia pada Semester I 2021 mencapai 2,6 miliar dolar AS atau naik 7,3 persen dibanding periode yang sama pada 2020. Raenhat menyampaikan negara tujuan utama ekspor komoditas perikanan yakni Amerika Serikat, Cina, Jepang, negara-negara ASEAN dan Australia dengan komoditas hasil laut utama seperti udang, tuna, cakalang tongkol, cumi, sotong, gurita, rajungan, kepiting, dan rumput laut.
Bupati Kabupaten Simeulue Erli Hasim mengungkapkan ekspor hasil laut Simeulue berupa gurita ini merupakan komoditi popoler di Aceh pada umumnya dan Simeulue pada khususnya.
"Mari memviralkan komoditi gurita ini karena ini adalah ekspor perdana dari tanah Serambi Mekah," ucap Erli.
Kendati pandemi belum berakhir, jajaran petinggi Kabupaten Simeulue tidak terkikis semangatnya untuk menumbuhan denyut perekonomian Simeulue. Salah satunya yakni upaya mensejahterakan nelayan di wilayah barat Indonesia.
Erli menjelaskan produk unggulan Simeulue selain gurita yaitu lobster. Erli mendukung Perindo agar dapat melakukan eskpor komoditi selain gurita agar dunia dapat merasakan hasil perairan Aceh.
"Kami terus mendorong BUMN Perikanan Indonesia untuk meningkakan jumlah ekspor dari Kabupaten Simeulue, Aceh," kata Erli.
Anggota Komisi IV DPR Khalid mengucapkan selamat atas eksor perdana sepanjang sejarah serapan hasil perikanan Kabupaten Simeulue ke Jepang. Dia berharap ke depannya tidak hanya Jepang yang menjadi tujuan ekspor melainkan negara-negara lain di seluruh dunia.
"Jepang menjadi starting point ekspor gurita. Semoga ke depan banyak negara lain yang mencicipi lezatnya gurita dari Simeulue, Aceh," kata Khalid.