EKBIS.CO, SEATTLE -- Perusahaan kedirgantaraan ASBoeing Co pada Senin (27/9) memamerkan upaya peningkatan efisiensi dalam pesawat buatannya. Industri penerbangan saat ini menghadapi tekanan politik untuk mengurangi emisi. Kelompok pecinta lingkungan juga mendesak adanya pembatasan perjalanan udara.
Pameran itu digelar Boeing seminggu setelah pesaingnya, Airbus, mengadakan kegiatan serupa. Boeing hanyalah satu dari sekian banyak produsen pesawat yang berupaya membuat produknya lebih ramah lingkungan.
Namun, muncul perdebatan tentang seberapa cepat teknologi baru pesawat ramah lingkungan itu akan diadopsi. Acara Boeing di hanggar uji terbangnya di Seattle memamerkan pesawat Alaska Airlines 737 MAX 9. Pesawat itu dilengkapi peningkatan teknologi seperti lampu peringatan pengurang hambatan dan dinding samping kabin yang terbuat dari serat karbon daur ulang.
"Kami melakukan peningkatan dengan banyak hal kecil sekaligus," kata Wakil Presiden Boeing untuk Pengembangan Produk, Mike Sinnett.
Penerbangan menghasilkan hingga 3 persen emisi karbondioksida (CO2) buatan manusia dan 12 persen CO2 dari transportasi, menurut pihak industri penerbangan. Mereka berjanji untuk mengurangi emisi karbon bersih pada 2050 hingga 50 persen dari tingkat emisi pada 2005.
Perusahaan kedirgantaraan asal Eropa, Airbus, pada 2020 mengumumkan rencana untuk mengembangkan pesawat bertenaga hidrogen mulai 2035. Boeing sebaliknya telah menekankan perluasan penggunaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (sustainable aviationfuels/SAF), yang terbuat dari bahan baku seperti minyak goreng bekas dan lemak hewani.
"Fokus pada SAF sangat penting karena ada ribuan pesawat yang sudah terbang. Pesawat-pesawat yang akan beroperasi selama sepuluh tahun ke depan sudah dirancang dan mesin-mesin itu telah disertifikasi," kata Sinnett kepada wartawan.
"Untuk memberi dampak yang berarti kami akan terus memperluas penggunaan bahan bakar berkelanjutan," ujar Sinnett.
Dia menyebut hidrogen dan teknologi lainnya sebagai sebuah permainan jangka panjang."Boeing telah berjanji bahwa armada pesawatnya pada 2030 akan terbang dengan 100 persen bahan bakar ramah lingkungan.
SAF saat ini hanya digunakan dalam jumlah yang sangat kecil dari keseluruhan penggunaan bahan bakar jet dan mesin jet yang saat ini disertifikasi untuk menggunakan bahan bakar itu hingga 50 persen.
Menggambarkan besarnya tantangan yang dihadapi industri penerbangan, kedua pembuat pesawat terbesar di dunia itu pada 2020 telah menerbangkan banyak pesawat yang diperkirakan bertanggung jawab atas total emisi yang setara dengan 600 juta ton CO2 selama beroperasi. Angka itu telah dikurangi dengan jumlah penerbangan yang lebih rendah selama pandemi virus corona.
Boeing 737 MAX 9 ecoDemonstrator, yang merupakan konfigurasi terbaru dari program uji satu dekade, akan terbang ke Glasgow menjelang Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada November, kata seseorang yang mengetahui rencana itu.