EKBIS.CO, TOBA -- Siapa yang tak kenal keindahan Danau Toba yang merupakan salah satu destinasi wisata prioritas Indonesia. Tapi siapa sangka di pinggir Danau Toba ada sebuah desa yang keindahannya tak kalah dari New Zealand.
Bentangan hamparan hijau, perbukitan dengan udara yang sejuk dan Danau Toba yang menjadi pemandangan dari bukit-bukit kecil di Desa Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Desa Meat, yang berusia hampir 300 tahun ini merupakan salah satu desa yang punya keindahan alam luar biasa.
Desa binaan PT Inalum (Persero) (Inalum), Anggota BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID ini terletak di bawah perbukitan dengan jumlah penduduk kurang lebih 900 jiwa dengan luas desa kurang lebih 300 hektare. Pekerjaan sehari-hari penduduk Desa Meat adalah nelayan dan perajin ulos. Selain itu yang menjadi ciri khas desa adalah rumah adat khas batak yang digunakan sebagai hunian warga.
Untuk menuju desa ini, cukup ditempuh sekitar 30 menit menggunakan kendaraan roda empat. Jaraknya tak terlalu jauh dari Bandara Internasional Sisimangaraja XII atau Bandara Silangit yang kini tengah diproyeksikan menjadi tempat masuk dan keluar wisatawan yang ingin mengunjungi Danau Toba.
Jalurnya memang tidak lebar, namun sepanjang perjalanan menuju Desa Meat, mata kita disajikan pemandangan hamparan sawah hijau, susunan dusun-dusun desa yang letaknya berjauhan beserta bukit yang jadi latar belakangnya. Hijaunya perbukitan, ditambah dengan sawah yang berundak, dan landskap Danau Toba menjadikan Desa Meat punya pemandangan yang tak kalah indah dibandingkan New Zeland.
Desa Meat merupakan salah satu lokasi wisata yang telah ditetapkan dan masuk dalam lokasi super prioritas yang telah dipilih oleh pemerintah Toba dan disetujui oleh pemerintah pusat sebagai salah satu Kawasan pengembangan wisata di Danau Toba. Desa Meat juga menjadi salah satu lokasi event kegiatan tahunan “1.000 Tenda Kaldera” yaitu salah satu festival berbasis masyarakat yang bertujuan untuk mengembangkan wisata melalui pendekatan seni dan budaya.
Inalum melakukan program pengembangan masyarakat di Desa Meat sebagai bentuk partisipasi untuk mendukung pengembangan wisata. Inalum dan masyarakat menginisiasi sanggar tari untuk melatih anak anak Desa Meat untuk pelestarian budaya Batak.
Ketua Rumah Karya Indonesia, Ojak Manalu menjelaskan salah satu budaya yang terus dijaga oleh masyarakat Meat adalah tarian Sipitu Cawan. Tarian ini merupakan tarian turun temurun bagi warga Batak. Mengenakan ulos buatan sendiri yang menjadi ciri khas, warga Desa Meat meyakini tarian yang menjadi warisan budaya ini sebagai salah satu ritual yang wajib dilestarikan.
"Tari sipitu cawan itu maknanya adalah membersihkan hal-hal yang nggak benar atau nggak baik-lah, supaya jalannya baik," ujar Ojak.
Selain tarian, warga Desa Meat juga merupakan pengerajin tenun ulos dan sarung. Salah satu perajin, Hertati mengatakan dirinya masuk ke dalam kelompok penenun sarung yang ada di Desa Meat. Adapun, jenis-jenis sarung yang mereka buat antara lain Sibolang rastra, Maulana tarutung, Tobu-tobu dan jenis-jenis sarung lainnya.
"Beda dengan ulos, kalo ulos itu khusus untuk adat. Nah, kalau sarung ya bisa dipakai kaum muda, tua, bisa dipakai juga untuk ke gereja, menghadiri pesta adat," imbuhnya.
Kepala Desa Meat, Janri Simanjuntak juga menjelaskan warga masih sangat menjaga kelestarian adat Batak. Sebab, selain menjaga amanat leluhur, budaya Batak yang perlu dijaga ini bisa menjadi potensi pariwisata yang menjanjikan.
"Termasuk itu penenun, rumah adat, jadi sama-sama untuk pengembangan pariwisata masih sama-sama kuat. Makanya kita juga sedang membuat homestay juga untuk menunjang para tamu kita," kata Janri.
Selain pengembangan seni dan budaya, Inalum juga mengisiasi ruang kreatif dan sudut baca untuk anak-anak desa. Program yang dimulai pada Desember 2019 hingga Maret 2020 ini berkolaborasi dengan Rumah Karya Indonesia untuk menciptakan salah satu pusat ruang kreasi, ruang baca, dan pelestarian nilai-nilai budaya.
"Kami mengapresiasi Inalum yang telah membantu kami melestarikan budaya sekaligus mengembangkan wisata di Meat," ucap Janri.
Janri berharap upaya masyarakat adat melestarikan budaya dan kekayaan adat batak sebagai upaya meneruskan warisan leluhur. Selain itu, menjaga budaya menjadi salah satu aset untuk mengembangkan Desa Meat kedepannya.