EKBIS.CO, JAKARTA -- Pertumbuhan industri digital di Indonesia semakin menggeliat. Berdasarkan survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet meningkat dari 55 persen dari populasi pada 2019 menjadi 73,7 persen pada 2020.
Adanya sektor digital ini menjadi magnet bagi semua pelaku industri termasuk PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk yang bekerja sama PT Fortress Data Services (FDS) untuk mempersiapkan pondasi transformasi, baik bagi nasabah hingga operasional perbankan pada masa yang akan datang.
Perusahaan menyasar kolaborasi dengan institusi pendidikan, institusi kesehatan, UMKM, dan pelaku industri di Banten. Adapun upaya para pelaku industri perbankan termasuk Bank Banten untuk melakukan investasi teknologi mendapatkan apresiasi positif dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
"POJK yang terbaru meng-encourage para bankir untuk mendorong perusahaan teknologi agar masuk. Menurut saya ini akan semakin positif dan regulator sekarang sangat open minded. Saya lihat dari semua bank besar, Himbara dan Bank Banten, sekarang menggunakan rights issue untuk adopsi teknologi jadi saya rasa investasi ke teknologi ini akan semakin besar,” ujar Komisaris Bursa Efek Indonesia Pandu Sjahrir pada diskusi Jawara Investment Talk Vol. 1 yang digelar oleh Bank Banten dan Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam keterangan resmi, Kamis (30/9).
“Saya rasa langkah yang diambil Pak Agus dengan bekerja sama dengan Amazon dan beberapa perusahaan digital lainnya itu kan artinya open for business saya rasa kedepannya akan banyak kolaborasi sehingga Bank Banten bisa meningkat pelayanannya, service, cost of capital. Menurut saya itu semakin bagus karena nantinya dengan penggunaan data yang akurat, Anda bisa mendapatkan loan yang lebih baik dan pastinya cost yang lebih rendah,” tutur Pandu.
Pandu menggarisbawahi pentingnya literasi keuangan untuk menjadi prioritas para pelaku industri jasa keuangan. Adapun secara garis besar 75 persen masyarakat Indonesia tidak memiliki akses perbankan.
“Masalah literasi adalah masalah yang sangat besar dan memang kita harus selalu rajin membicarakan itu. Saya rasa yang paling penting adalah bagaimana menggunakan dana perbankan untuk mengembangkan usaha,” ucapnya.
Sementara itu Direktur Utama Bank Banten Agus Syabarrudin menambahkan pihaknya tengah berusaha untuk memenuhi kebutuhan layanan finansial nasabah. “Kami melakukan transformasi untuk menyediakan produk dan layanan keuangan serta mengoptimalkan layanan ke nasabah. Dengan mempersiapkan pondasi dalam pelaksanaan transformasi serta implementasi solusi layanan keuangan yang flexible dan scalable berbasis teknologi, kami bertujuan untuk memastikan inklusi keuangan yang lebih besar di Banten dan menjadikan Bank Banten memiliki daya saing tinggi di masa yang akan datang,” ucapnya.
Menurutnya jelang rights issue Bank Banten pada Oktober 2021 perusahaan membuka peluang bagi korporasi, individu maupun pemerintah untuk menjadi pemegang saham.
“Dana segar yang masuk 65 persen akan kami gunakan untuk penyaluran kredit. Sementara sisa 35 persen lainnya dialokasikan untuk mempertebal modal perusahaan. Bismillah, mimpi untuk menjadikan Bank Banten sebagai salah satu BUMD yang laba dan menyumbang PAD bagi Provinsi Banten dapat terealisasi,” tutur Agus.