Ahad 03 Oct 2021 13:05 WIB

Peternak: Jagung Sudah Sesuai Kriteria dan Keinginan

Standar kadar air jagung layak untuk pakan ayam hanya 15 persen.

Red: Gita Amanda
Upaya petani jagung untuk membantu peternak dalam penyedian stok jagung pakan lagi-lagi dikomplain terkait kadar air masih tinggi.
Foto: Kementan
Upaya petani jagung untuk membantu peternak dalam penyedian stok jagung pakan lagi-lagi dikomplain terkait kadar air masih tinggi.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Upaya petani jagung untuk membantu peternak dalam penyedian stok jagung pakan lagi-lagi dikomplain terkait kadar air masih tinggi. Padahal, kenyataannya hanya sebagian kecil yang basah. Itupun ada yang sudah dilakukan pengeringan oleh peternak sendiri.

Sebelumnya Ketua Pinsar Petelur Nasional, Yudianto Yosgiarso, mengatakan beberapa jagung ada yang basah sehingga petenak takut ambil. Bahkan ia menyebut banyak yang memiliki kadar air 25-29 persen. Sementara standar kadar air jagung layak untuk pakan ayam hanya 15 persen.

Baca Juga

Kendati demikian, Ketua Koperasi Peternak Putera Blitar mengklarifikasi bahwa dari kiriman jagung 350 ton ke Blitar memang ada yang basah, namun itupun proporsinya sangat sedikit. Ini tentunya sangat wajar dalam perdagangan jagung, apalagi mulai musim hujan dan kapasitas pengering yang belum cukup tentu peternak Blitar sangat memakluminya jika ada beberapa yang masih basah.

“Kami kemarin dapat 30 ton dari PT seger, sekitar 20 ton dari Bojonegoro dan sekitar 294 ton dari Tuban. Nah dari Tuban ini memang kita kembalikan 4 ton karena kadar air diatas 20 persen, 1 ton lagi tidak saya kembalikan tetapi saya ambil lagi dari peternak penerima saya jemur karena kadar air diatas 20 persen. Dan ini tidak masalah kok bagi saya dan peternak lainnya di Blitar. Ya ini wajar,” demikian dikatakan Sukarman di Blitar, Minggu (3/10/2021).

Sementara itu, Ketua Koperasi Peternak Kendal, Suwardi menyebutkan pengiriman jagung ke Kendal dengan kuota 300 ton sudah diterima dan terdistribusi semua. Ia menegaskan untuk Kendal tidak ada masalah kondisi jagung dengan kadar air yang diterima karena sudah sesuai.

“Jagungnya ini diambil langsung oleh koperasi ke Tuban, Grobogan dan petani lokal. Tidak ada masalah. Alhamdulillah sudah habis dan sudah dimanfaatkan semua oleh petani,” ujar Suwardi.

Hal senada dikatakan Ketua Koperasi Peternak Lampung, Jenny. Ia menyebutkan dari 200 ton jagung bantuan pemerintah sudah clear semua sesuai kriteria termasuk juga kadar airnya. “Sudah beres semua yang kiriman dari gapoktan-gapoktan semua, sudah terdistribusi dipakai, terima kasih atas gerak cepat pemerintah membantu peternak,” ujarnya.

Sementara itu, Pengamat Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prima Gandhi menilai ketidaksesuaian kadar air jagung dalam jumlah yang kecil saat transaksi jual beli itu wajar saja. Yang terpenting adalah kesepakatan diantara penjual dan pembelinya mau dibayar sesuai kadar airnya atau dikembalikan sejumlah yang tidak sesuai atau diganti dengan yang sesuai.

Para peternak, sambungnya, baik itu peternak Blitar dan daerah lainnya seharusnya memberikan apresiasi adanya perhatian khusus berupa bantuan cepat menyediakan jagung dan dibantu biaya kirim.

"Mari kita saling memperbaiki diri dan menciptakan suasana yang cool, adem, damai, nggak riweh-riweh. Perhatian kepada peternak Blitar itu sangat luar biasa. Setiap tahun peternak Blitar selalu mengeluh dan pemerintah pun sangat cepat memberikan respon dan solusi nyata,” ujarnya.

Prima Gandhi menambahkan peternak di daerah lain seperti Sumbar, Bali, Sulsel, Kalsel, Jabar, Jateng semuanya merasa nyaman, aman dan baik-baik saja. Sebab dengan kondisi yang berat dan tidak mudah di saat ini pandemi covid 19 ini .

“Jadi peternak Blitar ibarat masalah kayak sinetron berseri, panggung publik, dari dulu hingga itu tuntas, sedangkan di lokasi lain relatif tidak ada polemik seperti ini. Sebaiknya kita selalu beryukur terhadap semua nikmat yang diberikan tuhan maha kuasa, seolah merasa kurang terus, dalam hidup itu tidak ada yang sempurna," cetusnya.

Lebih lanjut Prima Gandhi menekankan perhatian publik dan energi publik pun tercurah habis kepada masalah peternak Blitar. Karena itu, jika jagung yang diterima tidak sesuai kenapa juga baru dibicarakan diakhir padahal sudah ada kontrak jual belinya.

"Ini jagung sudah dikirim hingga ke kandang kandang, jadi tidak baik berkomentar negatif diakhir sampai membuat ricuh di media. Mari jaga kondusifitas,” tandasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement