EKBIS.CO, JAKARTA -- Sepanjang Agustus 2021, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cukup berfluktuasi dengan penguatan sekitar 1,32 persen di rentang 5.938 hingga 6.263. Menurut analisis Bareksa, dalam 10 tahun terakhir, rata-rata kinerja IHSG di bulan Agustus tercatat negatif 1,7 persen.
Sementara jika dilihat dalam lima tahun terakhir, IHSG masih mencatat kenaikan sekitar 1,2 persen. Sehingga tingginya fluktuasi IHSG pada Agustus merupakan hal wajar. Namun beruntung, IHSG mampu menutup Agustus 2021 dengan kenaikan 1,32 persen di level 6.150,3.
"Fluktuasi IHSG akibat fokus pelaku pasar terhadap kebijakan ekonomi di Amerika Serikat serta perkembangan kasus Covid-19 dalam negeri," ujar Chief of Research and Business Development PT Bareksa Portal Investasi (Bareksa), Ni Putu Kurniasari di Jakarta (6/10).
Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari data pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 yang melesat 7,07 persen year-over-year (YoY), setelah sebelumnya terkontraksi empat kuartal berturut-turut. Indonesia juga sukses mencatatkan surplus neraca dagang berturut-turut sejak Mei 2020, serta menjaga posisi cadangan devisa cukup tinggi di level 137,3 miliar dolar AS pada Juli 2021.
Selain itu, nilai tukar rupiah masih terjaga di kisaran Rp 14.300 per dolar AS. Ni Putu menyatakan beberapa perbaikan itu tak luput dari kebijakan ekonomi Indonesia. Yakni Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di rekor terendah 3,5 persen dalam tujuh bulan terakhir, maupun kebijakan fiskal ekspansif yang terus dinggejot pemerintah.
Research Analyst Jagartha Advisors Putra Yudhatama menyatakan, kinerja IHSG selama Agustus 2021 menunjukkan volatilitas karena dibayangi sentimen domestik maupun global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2021 yang positif menjadi kabar baik, tapi gelombang II Covid-19 dan kebijakan pembatasan sosial jadi penghambat IHSG.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi dapat kembali pulih pada akhir kuartal III 2021, seiring dengan menurunnya laju Covid-19 dan pelonggaran pembatasan sosial sehingga mendorong aktivitas ekonomi," ungkap Putra.