Jumat 08 Oct 2021 09:09 WIB

Program Emas, Kadin: Syariah adalah Way of Life

Ekonomi masjid (Emas) bukan berarti membuat masjid menjadi bentuk perdagangan

Red: Gita Amanda
Bank Indonesia Bekerja sama dengan Indonesian Youth Economic Forum (ISYEF) dan Rabu Hijrah. menyelenggarakan kegiatan Talk show “Pengusaha Bantu Usaha Masjid” yang dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Oktober 2021 secara hybrid di Masjid Cut Meutia, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan ini juga dilaksanakan Kick-Off Gerakan Wakaf Produktif untuk 100 Usaha Masjid.
Foto: Dokumen Istimewa
Bank Indonesia Bekerja sama dengan Indonesian Youth Economic Forum (ISYEF) dan Rabu Hijrah. menyelenggarakan kegiatan Talk show “Pengusaha Bantu Usaha Masjid” yang dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Oktober 2021 secara hybrid di Masjid Cut Meutia, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan ini juga dilaksanakan Kick-Off Gerakan Wakaf Produktif untuk 100 Usaha Masjid.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Sebagai wujud komitmen nyata untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah serta untuk berpartisipasi dalam Pemulihan Ekonomi Nasional, salah satu fokus kegiatan ISEF 2021 ialah memaksimalkan potensi Masjid sebagai pusat peradaban umat khususnya dengan mendorong kemandirian ekonomi masjid dan usaha-usaha berbasis masjid.

Bank Indonesia Bekerja sama dengan Indonesian Youth Economic Forum (ISYEF) dan Rabu Hijrah. menyelenggarakan kegiatan Talk show “Pengusaha Bantu Usaha Masjid” yang dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Oktober 2021 secara hybrid di Masjid Cut Meutia, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan ini juga dilaksanakan Kick-Off Gerakan Wakaf Produktif untuk 100 Usaha Masjid.

Di bawah naungan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang ke-8, kegiatan ini ditujukan agar masjid dapat memiliki fungsi yang lebih besar tidak hanya fungsi ibadah tetapi juga fungsi sosial dan ekonomi guna mendorong usaha-usaha dari masjid dan mengukuhkan peran pengusaha dalam mendorong kebangkitan ekonomi dari masjid. Badan Ekonomi Syariah Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) turut berpartisipasi sebagai perwakilan dari kalangan pengusaha.

Narasumber yang hadir dalam kegiatan ini adalah Kepala DEKS BI, M. Anwar Bashori; Direktur Pembiayaan Syariah Kemenkeu, Dwi Irianty Hadiningdyah; Kepala Badan Ekonomi Syariah KADIN, Taufan Eko Nugroho; dan M. Arief Rosyid Hasan, Wasekjen BPP Hipmi/Pemuda DMI. Bertindak sebagai moderator Direktur Eksekutif ISYEF, Thufeil Muhammad Tyansah.

Perjalanan ISYEF membangun usaha dari masjid telah dimulai sejak 2018 dengan ISYEF Point sebuah cafe container di Masjid Cut Meutia; ISYEF Farm, sebuah peternakan berbasis masjid di Masjid Al-mujahidin, Gunung kidul Yogyakarta, dan Pelatihan wirausaha berbasis masjid (ISYEFPreneur) yang saat ini telah memiliki 55 usaha masjid binaan.

Kepala DEKS BI, M. Anwar Bashori menyampaikan, ekonomi masjid ini bukan berarti membuat masjid menjadi bentuk perdagangan (usaha di dalam masjid), tetapi kami ingin ada komunitas-komunitas usaha milik pengurus masjid, remaja masjid yang usahanya memberikan dampak kepada masjid. Karena ekonomi syariah ini bukan wacana tetapi harus menetes dan bermanfaat,” tukas anwar.    

Senada dengan Anwar, Direktur Pembiayaan Syariah Kemenkeu, Dwi Irianty Hadiningdyah menyampaikan, Indonesia bukanlah negara pertama yang menerbitkan sukuk. "Kita baru mulai di tahun 2008, tetapi alhamdulillah hingga saat ini sudah 13 tahun sejak pemerintah menerbitkan sukuk dengan nilai Rp 1.900 triliun. Dana sebesar itu pemerintah gunakan untuk mensupport APBN termasuk pembiayaan infrastruktur seperti bangunan universitas hingga rumah sakit. Saat ini melalui sukuk Indonesia telah menerima 44 penghargaan internasional dengan menjadi top of mind sukuk di dunia. Saya rasa cash waqf link sukuk ini bisa menjadi alternatif produk untuk mendorong usaha-usaha dari masjid, yang mana nanti nilai manfaat wakafnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur usaha masjid,” kata Dwi dalam siaran pers, Jumat (8/10).

Kepala Badan Ekonomi Syariah KADIN, Taufan Eko Nugroho menyampaikan, saat ini perlu digaungkan paradigm shifting, seperti paradigma wakaf yang sekarang hanya terkesan untuk masjid dan makam, padahal wakaf lebih baik jika bawa ke arah yang lebih produktif. "Saya ambil contoh wakaf sumur Utsman bin Affan sejak 1.400 tahun yang lalu hingga hari ini manfaatnya terus mengalir. Bahkan yang awalnya hanya sumur kini menjelma menjadi kebun kurma dan hotel mewah yang manfaatnya diberikan kepada anak yatim hingga jama’ah haji,” ujar Taufan.

Ia juga menambahkan, syariah ini dianggap sebagai way of life atau jalan hidup, di mana tidak melulu tentang halal haram dan tidak hanya untuk umat Islam saja sebaliknya, syariah hadir untuk semua umat manusia yakni Rahmatan lil 'Alamin.

M Arief Rosyid Hasan, Wasekjen BPP Hipmi/Pemuda DMI  menegaskan, sejak tahun 2017, ia diajak oleh JK di Dewan Masjid Indonesia dengan visi memakmurkan dan dimakmurkan oleh masjid. "Saya jugadiskusi dengan remaja masjidnya bahwa salah satu isu yang dapat mempersatukan dari perbedaan yang ada adalah ekonomi, sejak saat itu kita komitmen untuk ambil jalan jihad dalam bidang ekonomi khususnya berbasis masjid dan terbentuklah ISYEF ini bersama dengan 11 remaja masjid se Indonesia,” ungkap Arief.

 

Setelah kegiatan talk show berlangsung, dilaksanakan kick off gerakan Wakaf Produktif untuk 100 usaha masjid yang di simbolkan dengan penandatanganan komitmen oleh keempat narasumber. Adapun kegiatan ini merupakan kegiatan awal dalam upaya mendorong ekonomi masjid yang akan berlanjut pada tanggal 19 Oktober dan 28 Oktober 2021 di Masjid Istiqlal Jakarta.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement