EKBIS.CO, JAKARTA -- Penugasan pengadaan dan penyaluran komoditas jagung pakan untuk peternak ayam petelur (layer) sebanyak 30 ribu ton oleh Perum Bulog belum berjalan sepenuhnya. Bulog menyampaikan, hingga saat ini masih penetapan harga pembelian jagung dari pemerintah karena berkaitan langsung dengan besaran subsidi yang akan diberikan.
"Penyerapan jagung memang belum (dilakukan) karena kita belum tahu dengan harga berapa harus dibeli karena menyangkut perhitungan subsidi (dari pemerintah). Harus ada harga yang ditetapkan," kata Sekretaris Perum Bulog, Awaluddin Iqbal, kepada Republika.co.id, Kamis (21/10).
Seperti diketahui, pemerintah menugaskan Bulog pada September lalu untuk mendistribusikan jagung pakan kepada peternak sesuai harga acuan Rp 4.500 per kg dengan total sebanyak 30 ribu ton. Harga tersebut di bawah dari harga beli jagung dari petani di pasaran saat ini yang di atas Rp 5.000 per kg.
Lantaran adanya kerugian, selisih itu akan diganti lewat mekanisme subsidi menggunakan anggaran Cadangan Stabilisasi Harga Pangan (CSHP). Saat ini, Bulog belum memiliki cadangan stok jagung sehingga tugas distribusi harus diawali dengan penyerapan pasokan dari petani maupun koperasi.
Awaluddin mengatakan, sambil menunggu penetapan harga beli, Bulog telah berkoordinasi dengan jaringan pemasok jagung. "Begitu harga beli ditetapkan, kami segera menggerakkan jaringan suplai yang sudah dibentuk untuk penyiapan pasokan," katanya.
Sejuah ini, Awaluddin mengatakan, Bulog sudah mendistribusikan 2.500 ton pasokan jagung ke peternak ayam layer di Blitar, Kendal, dan Lampung. Namun, pengadaan pasokan tersebut belum dilakukan dengan mekanisme CSHP karena sifatnya masih meminjam stok yang ada.
"Nanti akan kami ganti stok itu dengan stok jagung lagi. Ini sudah kita lakukan, tapi jelas tidak bisa kita lakukan dengan jumlah besar (30 ribu ton)," ujarnya.
Ia pun memastikan siap melaksanakan penugasan tersebut ketika telah ada kesepakatan harga dari pemerintah sehingga proses mekanisme subsidi berjalan lancar. Awaluddin pun menegaskan, petani jagung yang memiliki pasokan jagung harus transparan dalam memberikan harga.
"Kami siap menyerap jagung tapi harus ada kejelasan harganya," tegas Awaluddin.