EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) bersiap untuk segala kemungkinan penguatan permodalan baik organik maupun anorganik. Direktur Keuangan dan Strategi BSI, Ade Cahyo Nugroho mengatakan bank syariah memang perlu langkah anorganik agar bisa tumbuh besar.
"Butuh strategi yang tidak biasa untuk membuat jadi besar seperti kita merger, ini berlaku di semua aspek bisnis dan langkah BSI kedepannya," kata Ade dalam Silaturahmi Manajemen BSI dan Republika, Kamis (21/10).
Ade mengatakan ada banyak kemungkinan dan strategi penguatan modal yang sedang dalam pembahasan. Namun semuanya akan tergantung pada arahan dari pemegang saham serta Kementerian BUMN.
Misal rencana rights issue yang sangat memungkinkan, seperti aksi BRI beberapa waktu lalu. Ade menyampaikan bahwa penguatan permodalan tidak lagi demi tujuan utama menjadi Bank Buku IV melainkan memperkuat posisi BSI di industri.
"Tujuannya tidak lagi untuk Bank Buku IV tapi memperkuat struktur permodalan seperti memiliki investor publik yang lebih banyak, yang paling penting untuk mendukung pertumbuhan anorganik BSI ke depan," katanya.
Sejumlah opsi seperti menambah investor publik, maupun investor institusi baru masih dalam tahap diskusi dan menunggu arahan. Setiap kemungkinan akan terbuka. Termasuk opsi untuk konsolidasi dengan BTN Syariah yang dapat meningkatkan ukuran dari BSI.
Direktur Utama BSI, Hery Gunardi menambahkan, penguatan permodalan yang dilakukan BSI bisa melalui dua strategi. Pertama, BSI tidak membagikan keuntungan atau return earning tahun lalu dalam bentuk deviden melainkan dipupuk jadi modal.
Kemudian cara kedua bisa dengan injeksi modal dari pemegang saham. Hery mengatakan cara seperti ini saat ini sudah langka. Yang lebih populer adalah dengan rights issue.
"Kita juga dimungkinkan untuk itu, tergantung pola dan arahan dari pemegang saham, dan Kementerian BUMN sebagai ultimate shareholder kita," katanya.
Menurut Hery, langkah atau strategi apa pun yang dipilih tentu harus sesuai dengan kebutuhan BSI. Selain untuk mencukupi rasio permodalan juga memenuhi rencana ekspansi baik organik maupun anorganik. Karena modal yang terlalu besar juga tidak baik untuk kinerja bank ke depan.