EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Perwakilan Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal, mengapresiasi pembangunan pertanian Indonesia selama masa pandemi Covid-19. Pasalnya, di saat perekonomian lesu, pertanian Indonesia tetap mampu menyediakan pangan sehingga pertumbuhan PDB pertanian terus mengalami pertumbuhan positif.
"Pemerintah Indonesia telah melakukan pembangunan pertanian yang luar biasa. PDB pertanian meningkat 2,19 persen setiap tahun meski ekonomi melambat saat pandemi Covid-19," kata Rajendra dalam Peringatan Hari Pangan Sedunia ke-41, Senin (25/10).
Rajendra menegaskan komitmen FAO untuk memberikan lebih banyak dukungan dalam upaya terus menerus untuk melakukan transformasi sistem pangan Indonesia menjadi lebih berkelanjutan. Dukungan itu karena Pemerintah Indonesia telah menunjukkan upaya luar biasa untuk mengatasi dampak negatif pandemi terhadap kehidupan masyarakat.
"FAO akan terus bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan perlindungan kepada petani kecil dan keluarganya, pekerja pangan di semua sektor, dan mereka yang sangat rentan," katanya menambahkan.
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pertanian pada kuartal II 2020 tercatat 2,2 persen year on year (yoy). Kuartal tersebut bertepatan dengan masifnya penyebaran Covid-19 di Indonesia yang membuat banyak sektor ekonomi mengalami kontraksi.
Pada kuartal III dan IV PDB pertanian masing-masing tumbuh 2,16 persen dan 2,59 persen. Sementara itu, memasuki kuartal I dan II tahun 2021 PDB pertanian tumbuh 3,33 persen dan 0,38 persen.
Adapun, ekspor pertanian juga menunjukkan peningkatan. tahun 2020, nilai ekspor produk pertanian, perikanan, dan kehutanan 4,12 miliar dolar AS, meningkat 13,98 persen dari tahun 2019 yang hanya 3,61 miliar dolar AS.
Peningkatan ekspor berlanjut memasuki periode Januari-September 2021, dimana ekspor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencapai 3 miliar dolar AS. Angka itu naik 6,37 persen dari periode sama tahun 2020 sebesar 2,82 miliar dolar AS.
Sementara itu, BPS mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada September 2021, NTP sebesar 105,68 dan meningkat 0,96 persen dibanding Agustus 2021. Indonesia juga berhasil menjaga ketersediaan pangan dan mengurangi prevalensi kerawanan pangan (FIES) dan inflasi bahan pangan selama pandemi.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, HPS ke 41 tahun 2021 diharapkan dapat memperkuat kerja sama dan meningkatkan koordinasi fungsional yang efektif dari seluruh komponen pemerintah dan masyarakat guna mendukung ketahanan pangan. Selain itu, untuk mendorong ketangguhan sektor pertanian, khususnya dalam konteks pandemi global Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini.
Syahrul menekankan tantangan yang hadapi sektor pertanian ke depan semakin berat mengingat akan adanya perubahan iklim, krisis air dan lonjakan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia bahkan dunia. Oleh karena itu, momentum HPS harus dijadikan sebagai momentum konsolidasi emosional semua pihak untuk menghadapi tantangan sektor pertanian ke depan yang semakin besar tersebut.
"Negara kita tidak boleh bergantung pada negara lain. Maka upaya-upaya menghadapi tantangan besar besok harus benar-benar disiapkan dan menjadi upaya bersama. Oleh karena itu, besok harus ada program baru menghadapi anomali iklim dan Indonesia menjadi pemenangnya menyediakan pangan," ujar dia.
Syahrul menambahkan, pada kegiatan HPS tahun ini Kementan secara serentak melakukan kegiatan panen dan tanam raya berbagai komoditas pertanian dari 41 titik lokasi di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
Adapun komoditas yang akan ditanam dan dipanen meliputi komoditas padi, jagung, sorghum, kedelai, kacang tanah, kelapa sawit dan kakao, cabai, tomat, brokoli, bawang merah dan bunga hias. Kementerian Pertanian mengupayakan tiada hari tanpa panen dan tanam di berbagai titik di Indonesia.