EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan, realisasi investasi pada kuartal III 2021 sebesar Rp 216,7 triliun. Angka itu turun 2,8 persen dibandingkan realisasi pada kuartal sebelumnya yang sebesar Rp 223 triliun.
Meski begitu, jumlah tersebut naik 3,7 persen year on year (yoy) bila dibandingkan realisasi investasi pada periode sama 2020 yang sebesar Rp 209 triliun. "Sekali pun pandemi, para pengusaha dan investor tetap percaya diri dengan investasinya," ujar Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers virtual, Rabu (27/10).
Realisasi investasi pada kuartal III banyak dilakukan di luar Jawa dengan persentase 51,9 persen atau Rp 112,5 triliun. Sisanya sebanyak 48,1 persen atau Rp 104,2 triliun direalisasikan di Jawa.
"Atas pembangunan infrastruktur secara masif, berdampak positif dan memikat para investor menanamkan investasi tak hanya di Jawa. Ini untuk pemerataan pertumbuhan ekonomi baru," jelas dia.
Jika dibandingkan realisasi investasi pada periode sama tahun lalu, sebenarnya baik di Jawa maupun luar Jawa mengalami peningkatan, masing-masing naik 1,9 persen atau 5,7 persen yoy. Hanya saja, kata Bahlil, laju pertumbuhan investasi di luar Jawa lebih cepat.
Dirinya menyebutkan, selama tiga bulan terakhir ini, investasi terbanyak pada sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran, yakni sebesar Rp 28,1 triliun. Disusul sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi senilai Rp 26,6 triliun. Di posisi ketiga yaitu sektor industri logam dasar, barang logam bukan mesin, serta peralatannya, sebesar Rp 25,1 triliun. Di posisi keempat dan kelima, ditempati sektor pertambangan dan jasa lainnya, masing-masing senilai Rp 21 triliun serta Rp 19,4 triliun.
"Sektor paling utama realisasi investasi yaitu telekomunikasi banyak, karena kita lagi bangun data center. Hal ini sebagai bentuk kebijakan pemerintah daerah terpencil harus mendapatkan akses telekomunikasi," tutur dia.
Dari sisi lokasi, sambungnya, pada periode ini investasi paling banyak dilakukan di Jawa Barat, nilainya mencapai Rp 34,8 triliun, lalu DKI Jakarta Rp 23,9 triliun, Jawa Timur Rp 18 triliun, Riau Rp 16,5 triliun, serta Banten Rp 14,2 triliun. Menurut Bahlil, kecenderungan investor berinvestasi ke Jawa Barat lebih tinggi, bahkan jika Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) digabung, lokasi investasi terbanyak tetap di Jawa Barat.
Perlu diketahui, pada kuartal III 2021 investasi didominasi PMDN sebanyak 52,4 persen atau Rp 113,5 triliun, sementara PMA sebesar Rp 103,2 triliun atau 47,6 persen. Singapura tetap berada di urutan pertama sebagai negara yang paling banyak berinvestasi di Tanah Air sepanjang periode, nilainya mencapai 2,6 miliar dolar AS atau 36,2 persen.
Disusul Hong Kong 0,9 miliar dolar AS (12 persen), Jepang 0,7 miliar dolar AS (10,1 persen), Republik Rakyat Tiongkok 0,6 miliar dolar AS (8,4 persen), serta Amerika Serikat 0,5 miliar dolar AS (7,2 persen). "Jepang ini menarik, baru masuk lima besar pada kuartal III, Amerika Serikat juga, sebelumnya pada kuartal I dan II, Eropa yang masuk lima besar. Semakin banyak kompetisi, semakin paten barang ini," kata Bahlil.
Ia berharap, Undang-Undang Cipta Kerja bisa memberikan dampak positif terhadap investasi. Jika ditotal, lanjutnya, realisasi investasi dari Januari sampai September 2021 sebesar Rp 659,4 triliun, berarti sudah 73,3 persen dari target investasi tahun ini yang sebesar Rp 900 triliun.