Sabtu 06 Nov 2021 10:18 WIB

Muslim Bosnia Khawatir Dorongan Pembentukan Tentara Serbia

Dorongan pembentukan tentara Serbia Bosnia bisa picu kekerasan terjadi kembali

Red: Muhammad Subarkah
Kota Srebrenica di Bosnia yang terdapat mendapat korban pembunuhan pada konflik seusai pecahnya Yogoslavia pada ada dekade 1990-an.
Foto: Aljazeera
Kota Srebrenica di Bosnia yang terdapat mendapat korban pembunuhan pada konflik seusai pecahnya Yogoslavia pada ada dekade 1990-an.

REPUBLIKA.CO.ID -- Ahmed Hrustanovic, seorang imam dan guru di kota Srebrenica di Bosnia dan Herzegovina mengkhawatirkan dirinya dan keluarganya saat negara itu menghadapi krisis politik dan keamanan terburuk sejak perang pada 1990-an. Kala itu, pada Juli 1995, pasukan Serbia datang ke rumahnya dan kemudian membunuh anggota keluargnya.

Hrustanovic kemudian kehilangan ayahnya yang berusia 35 tahun, kakek, empat paman, dan kerabat lainnya selama genosida di Srebrenica, yang saat itu telah dinyatakan sebagai “daerah aman” PBB.

Menurut catatan, seperti dilansir Al Jazeera, dari tahun 1992 hingga 1995, Bosnia diserang oleh pasukan Serbia dan Kroasia yang bertujuan untuk membagi negara tersebut menjadi Serbia Raya dan Kroasia Raya. Sekitar 100.000 orang tewas dan hampir dua juta orang melarikan diri.

Konflik bersenjata itu baru berakhir pada Desember 1995, ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Damai Dayton yang ditengahi Amerika Serikat yang menetapkan Bosnia dan Herzegovina sebagai negara yang terdiri dari dua entitas: entitas Federasi yang didominasi Bosniak-Kroasia dan entitas Republika Srpska yang dikelola Serbia.

Milorad Dodik, anggota Serbia Bosnia dan Herzegovina dari kepresidenan tripartit, yang bergilir setiap delapan bulan antara satu Bosniak, satu Serbia dan satu anggota Kroasia, telah mengancam selama 15 tahun untuk memisahkan Republika Srpska. Namun dalam sebulan terakhir, ia telah mengambil langkah-langkah signifikan menuju langkah tersebut. Dia mengumumkan bahwa Republika Srpska akan menarik diri dari lembaga-lembaga kunci negara untuk mencapai otonomi penuh di dalam negeri, yang melanggar kesepakatan damai 1995.

photo
Keterangan: Penyintas genosida di Srebrenica berdoa Ramiz Nukic berdoa di pemakaman masal pembantaian tentara Serbia di Bosnia. Nukic dalam tragedi itu kehilangan ayah dan dua saudaranya. Foto diambil ada 6 Juli 2020. (REUTERS/Dado Ruvic)

 

 

sumber : Al Jazeera
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement