EKBIS.CO, BOGOR -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta jajaran Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menggiatkan pengembangan pangan lokal. Dirinya meminta pangan lokal Indonesia bisa masuk pasar dunia.
“Begitu banyak inovasi pangan lokal kita yang sudah dikembangkan. Jangan sampai hanya berhenti di lisensi. Harus berlanjut ke pasar dan bisa diekspor,” kata Syahrul dalam keterangan tertulisnya, Ahad (7/11).
Syahrul menyebutkan Indonesia memiliki beragam sumber daya pangan lokal. Tapi dibutuhkan riset dan inovasi sehingga pangan lokal bisa diterima oleh masyarakat lokal, maupun mancanegara.
“Ayo, sagu kita harus bisa masuk pasar dunia. Begitu juga beras singkong dan produk olahan pangan lokal lainnya. Jangan kita bergantung pada pangan impor,” ungkapnya.
Penggiatan sumber daya pangan lokal saat ini perlu dilakukan. Apalagi dunia sedang dilanda cuaca ekstrim. “Cuaca sedang jelek, planet kita sedang tidak baik-baik saja. Hari ini kita dilanda la nina, besok bisa jadi el nino. Jadi kita perlu persiapkan inovasinya. Pangan lokal apa yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Benih apa yang cocok untuk cuaca saat ini,” ujar dia.
Ia sekaligus menekankan, riset dan inovasi sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan nasional. Karena itu, peran Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) sangat krusial.
“Saya dulu sempat menjadi camat dan bupati. Saya pernah menjadi kepala daerah, sangat mengerti kondisi di lapangan. Mau benih sebagus apapun, kalau tidak ada pemuliaan, produktivitas tidak bisa kita dorong naik. Maka saya tantang peneliti-peneliti kita, terus ciptakan inovasi yang bisa dimanfaatkan di lapangan,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Walikota Bogor Bima Arya mengungkapkan peran penting inovasi pertanian. Apalagi lahan pertanian di kota Bogor pun tidak luas.
“Lahan kami tidak luas, hanya sekitar 1.044 hektare. Karena itu, kami giatkan urban farming,” ujar Bima.
Kota Bogor, menurut Bima, telah menyiapkan platform Bogor Berkebun. Saat ini tercatat sudah kelompok tani di Bogor yang berkiprah di bidang urban farming.
Bima juga menilai, potensi pangan lokal sangat besar. Apalagi motif konsumsi pangan saat ini bukan hanya ekonomi, tapi juga kebutuhan kesehatan.
“Kita memiliki banyak pangan lokal yang bisa dimanfaatkan untuk kesehatan. Untuk itu, tahapan hilirisasi sangat penting sehingga kita mengerti cara pengolahannya dan cara masuk ke pasar. Dibutuhkan cara-cara kekinian untuk memasarkannya,” ujar Bima.
Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry mengungkapkan pihaknya terus mendorong kerjasama antara peneliti dengan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Diharapkan kerjasama ini bisa membantu hasil inovasi Balitbangtan dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama pelaku usaha.
“Dari kerjasama dengan UMKM ini kita sudah punya beras singkong, mie sagoe, dan beberapa produk olahan lainnya. Kita pun sudah persiapkan ekspor ke beberapa negara,” katanyam
Teknologi dan inovasi lain yang yang telah dihasilkan Balitbangtan, menurutnya, sangat potensial untuk dikembangkan. “Sekarang ini kami segera menerbitkan buku 700 inovatif teknologi Balitbangtan, yang akan menjadi bukti bagaimana teknologi Balitbangtan sudah siap dikembangkan melalui mekanisme kerjasama lisensi,” pungkas Fadjry