EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI menyambut positif ketertarikan produsen gula terbesar di kawasan Timur Tengah dan lima besar di dunia yakni Al Khaleej Sugar Co.
Direktur Utama RNI Arief Prasetyo Adi mengatakan, perlu adanya penjajakan kerja sama, termasuk uji tuntas sampai mendapatkan formula win-win situation antara RNI dengan calon investor yang potensial, seperti Al Khaleej Sugar Co. "Ini sejalan dengan permintaan Pak Menteri BUMN Erick Thohir agar BUMN tidak merugi dan menjadi lokomotif ekonomi nasional," ujar Arief kepada Republika di Jakarta, Selasa (9/11).
Arief menyampaikan, kerja sama yang dilakukan juga harus mempertimbangkan peningkatan kesejahteraan petani, selain stabilitas, baik pasokan maupun harga sampai di masyarakat. "Dalam hal kesejahteraan petani tersebut, RNI melalui program kemitraan petani berkontribusi mendukung pembenahan industri gula nasional untuk meningkatkan produksi tebu sebagai bahan baku gula," kata Arief.
Sebelumnya, Al Khaleej Sugar Co menyatakan minat berinvestasi di Indonesia. Komitmen itu disampaikan Managing Director Al Khaleej Sugar Co (AKS) sekaligus Chairman Jamal A-Ghurair Group Jamal Al-Ghurair saat bertemu Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
Selain menghadiri perhelatan Expo Dubai 2020, kunjungan kerja Menperin Agus tersebut ke UEA, sekaligus bertemu calon investor potensial. Salah satunya Al Khaleej Sugar (AKS).
"AKS akan berinvestasi pabrik gula terintegrasi di Indonesia. Selain memproduksi gula, AKS juga rencananya memproduki bioetanol dan listrik dari biomassa," kata Agus melalui keterangan resmi pada Senin (8/11).
AKS bakal mengucurkan investasi sebesar 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 28,68 triliun dalam pengembangan etanol di Indonesia. Menperin menjelaskan, pihaknya akan bekerja sama dengan kementerian lain guna menjajaki peluang investasi tersebut karena terkait investasi energi dan pemenuhan lahannya.
Agus berharap penanaman modal perusahaan gula asal Dubai itu bakal menjadi pelatuk industri gula nasional yang lebih efisien pada masa depan.
"AKS akan mengembangkan fabrikasi etanol dari gula. Etanol tersebut pun diharapkan dapat menjadi sumber bahan bakar alternatif," ujarnya.
Upaya tersebut, lanjut dia, sejalan dengan tren pengurangan emisi karbon, yang membuat sejumlah negara memutar otak mencari sumber energi yang lebih bersih. Negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Filipina telah mengembangkan etanol dalam jumlah besar sebagai alternatif bahan bakar fosil. Pemanfaatan etanol dalam energi baru dan terbarukan menjadi satu alternatif untuk pengurangan gas emisi karbon dari sektor transportasi.
Selain sebagai bahan bakar, lanjut Agus, etanol gula dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap gula rafinasi.
"Dalam konteks ini, impor gula bisa ditekan dan bahkan ke depan berpeluang berkurang sekitar 750 ribu ton per tahun," ungkapnya.
AKS memiliki pabrik gula di Dubai dengan kapasitas 6.000 ton gula per hari. Selain memiliki pabrik gula di Dubai, AKS juga berinvestasi di Mesir dan Spanyol. Penghasilan AKS per tahun diperkirakan sebesar 14 miliar dolar AS.