EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengelolaan uang masih menjadi pekerjaan rumah berat bagi sebagian masyarakat. Padahal, pengaturan keuangan yang baik dapat mengangkat kualitas kesehatan finansial.
Financial advisor dan financial coach, Philip Mulyana, mengatakan situasi seperti ini muncul karena sebagian masyarakat, terutama generasi muda, belum terbiasa mengelola uang secara sistematis dan konsisten.
“Perencanaan keuangan pun dirancang secara ala kadarnya. Nyaris tidak memiliki prioritas, baik untuk keperluan jangka pendek, menengah dan panjang,” kata Philip dalam diskusi perencanaan keuangan bersama Bank Jago, Kamis (11 November), di Jakarta.
Masyarakat sebenarnya mempunyai kebiasaan menabung untuk kebutuhan masa mendatang. Mereka tahu pentingnya menyisihkan dana darurat.
Tapi, kata Philip, polanya kerap tidak beraturan. Alokasi dananya terkadang juga tidak konsisten. "Dan ketika uangnya terkumpul, mereka mudah mencairkan. Lupa sama tujuan awalnya," tegas dia.
Philip menjelaskan generasi milenial juga mulai semakin tercerahkan dengan rutin berinvestasi di luar produk konvensional seperti tabungan. Ada yang investasi di kripto, reksadana dan saham.
Tapi, sisi buruknya, mereka terlalu gampang membelanjakan hasil investasi untuk gaya hidup. Nilai portofolio investasinya bagai berjalan di tempat, meski sering mencetak cuan.
Jadi, kata Philip, untuk mencapai kesehatan finansial yang ideal, diperlukan perencanaan keuangan yang komprehensif. Jangan sampai kita rajin investasi, tapi hasil keuntungannya menguap begitu saja karena ketidakmampuan menahan diri dari hal hal yang konsumtif. Pun demikian, jangan sampai rajin menabung tapi tanpa pola yang jelas dan tidak memiliki tujuan spesifik.
Survei Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) per 25 Juni 2020 menunjukkan sebagian besar penduduk Indonesia, meskipun gemar menabung namun tidak memiliki ketahanan finansial, sehingga tidak siap menghadapi krisis ekonomi.
Sebanyak 46% responden di Indonesia mengaku dana darurat yang mereka miliki hanya dapat menyambung hidup selama satu minggu. Kemudian 24% responden mengaku bisa bertahan dalam satu hingga enam bulan, 9% responden mengaku mereka bisa bertahan enam hingga diatas enam bulan, dan tidak tahu sebanyak 22%. Data tersebut membawa Indonesia menduduki posisi empat terbawah dunia dalam daftar ketahanan finansial - berdasarkan jumlah kepemilikan dana darurat.
Manajemen keuangan yang baik merupakan salah satu persoalan yang dihadapi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Hal ini tercermin dari hasil survey yang menyatakan bahwa 57% responden di Indonesia mengaku selama satu tahun terakhir memiliki defisit keuangan, dimana kebutuhan hariannya melebihi pendapatan. Pandemi Covid 19 memang menjadi penyebab utama, tapi bukan lah satu satunya faktor.
Data di atas ironis karena menurut survey yang sama, 99,7% responden Indonesia mengaku secara rutin menyisihkan penghasilannya untuk tabungan, dan 70,5% responden memiliki tujuan finansial jangka panjang.
Head of Product and Marketing Bank Jago Andy Djiwandono mengatakan masyarakat bisa mencoba “mengkonsumsi” Fintamin hasil racikan Bank Jago bersama sejumlah pakar. Resep Fintamin ini dirancang bersama sama dengan mengacu ke tantangan finansial yang paling sering dihadapi masyarakat sehari hari.
Selain Philip, Jago juga melibatkan perencana keuangan lainnya, antara lain Annisa Steviani, Samuel Ray, Dani Rachmat dan Ferdie Darmawan.
Menurut Andy, Fintamin (Financial Vitamin) adalah serangkaian nutrisi yang akan membantu menjaga kesehatan dan daya tahan finansial. Setiap Fintamin memberikan khasiat dan memiliki anjuran pemakaian yang berbeda, tergantung tahap kehidupan.
“Fintamin tidak menjanjikan hasil dalam waktu cepat. Namun, konsumsi Fintamin secara rutin dapat memaksimalkan kesehatan dan daya tahan finansial secara pribadi dan bersama-sama keluarga serta orang tersayang,” kata Andy.