EKBIS.CO, JAKARTA -- Perusahaan manajer investasi PT Danareksa Investmet Management (DIM) membidik pertumbuhan dana kelolaan mencapai 15 persen pada 2022 seiring mulai pulihnya perekonomian dari dampak pandemi Covid-19.
"Kami optimis tahun 2022 fundamental ekonomi semakin positif. Hal tersebut didukung oleh pandemi Covid-19 yang mulai sangat terkendali dan statusnya kemungkinan akan menurun menjadi endemi di 2022," kata Chief Investment Officer PT Danareksa Investment Management Herman Tjahjadi dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (16/11).
Selain itu, lanjut Herman, para pelaku bisnis juga akan kembali melakukan investasi atau belanja modal secara bertahap. Semua hal itu tercermin dari pertumbuhan kredit yang semakin meningkat perlahan tapi pasti pada level 2 persen (yoy) pada September lalu dibandingkan 1 persen (yoy) pada Agustus lalu.
Menurut Herman, ketika pertumbuhan kredit semakin positif maka pertumbuhan ekonomi juga akan semakin baik ke depannya. Pada 2022, ia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 4,5 persen hingga 5 persen, inflasi 2,2 persen hingga 3,3 persen, dan rupiah di kisaran Rp14.100 per dolar AS hingga RP14.700 per dolar AS.
Lebih jauh lagi, tol-tol baru yang sudah (atau akan mulai) beroperasi pada 2022 dinilai akan menjadi katalis positif juga dalam menurunkan biaya logistik atau transportasi. Kemajuan dalam e-commerce juga akan sangat membantu para UMKM untuk meningkatkan penjualan mereka secara daring.
Perizinan dalam dunia usaha juga menjadi lebih baik melalui omnibus law yang telah disahkan pada akhir 2020 lalu. Pada 2022, Herman mengatakan pihaknya akan terus melakukan diversifikasi dengan meluncurkan produk-produk baru, khususnya untuk nasabah strategis.
Saat ini, perseroan memiliki tiga produk fokus reksadana saham, yaitu Reksadana Mawar untuk Large Cap, Konsumer 10 untuk All Cap, dan Fokus 10 untuk Small Cap."Untuk investor yang lebih nyaman berinvestasi ke dalam saham-saham blue-chip, kami rekomendasikan untuk berinvestasi di Mawar. Untuk investor yang lebih agresif dan bisa mentolerir volatilitas dari saham-saham yang berkapitalisasi pasar kecil, Fokus 10 adalah produk yang tepat. Dan untuk investor yang berada di tengah-tengah, kami merekomendasikan untuk berinvestasi pada Konsumer 10," ujar Herman.
Dengan sisa waktu yang ada sampai akhir 2021, beberapa hal yang terus dicermati perseroan yaitu risiko inflasi yang meningkat berhubungan dengan meningkatnya harga minyak bumi, CPO, gandum, dan kopi.Selanjutnya yaitu perkembangan kasus Covid-19 di China yang belakangan ini ada tanda-tanda meningkat di beberapa kota disana.
Bila ada lockdown di beberapa pelabuhan utama di China untuk beberapa minggu, hal itu akan menyebabkan rantai pasokan (supply chain) semakin berat. Kemudian, perseroan juga akan memonitor terus perkembangan Covid-19 di dalam negeri.
"Kami semua sangat berharap masyarakat Indonesia tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan yang baik dan tidak terlengah pada masa-masa liburan di akhir tahun 2021," kata Herman.
Hingga kuartal III 2021, total dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) Danareksa Investment Management telah mencapai Rp40 triliun. Sampai dengan saat ini, produk reksadana yang dikeluarkan perseroan meliputi reksadana saham, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, reksadana pasar uang, serta reksadana ETF & Indeks.
"Dana kelolaan untuk industri reksadana mengalami penurunan di bulan Oktober 2021 sebesar 3 persen atau turun menjadi sebesar Rp554 triliun. Sementara DIM hanya mengalami penurunan sebesar 2 persen atau sedikit lebih baik dibandingkan penurunan kelolaan industri reksadana, dengan perolehan AUM reksadana sebesar Rp30 triliun, yang didukung pangsa pasar perseroan sebesar 4,8 persen - 4,9 persen," kata Direktur Utama PT Danareksa Investment Management Marsangap Tamba.