EKBIS.CO, WASHINGTON -- Amerika Serikat dan Taiwan pekan depan akan menggelar sesi kedua dialog ekonomi yang dimulai pada tahun lalu untuk menghadapi tekanan China pada Taiwan. Pengumuman itu disampaikan Departemen Luar Negeri AS beberapa hari setelah Presiden Joe Biden bertemu secara virtual dengan Presiden China Xi Jinping.
Usai pertemuan, Xi mengingatkan bahwa para pendukung kemerdekaan Taiwan di AS 'bermain api'. Menurut pernyataan Deplu AS, Dirjen Pertumbuhan Ekonomi, Energi, dan Lingkungan Jose Fernandez akan memimpin Dialog Kemitraan Kemakmuran Ekonomi AS-Taiwan kedua tersebut pada Senin (22/11).
Dialog itu akan diselenggarakan oleh American Institute in Taiwan (AIT) and Kantor Perwakilan Ekonomi dan Budaya Taipei (TECRO) di AS, keduanya bertindak sebagai kedutaan tidak resmi masing-masing pihak."Kemitraan kami dibangun dengan perdagangan dan investasi dua arah yang kuat, ikatan orang-per-orang, dan dalam upaya menjaga kebebasan bersama dan berbagi nilai-nilai demokrasi," menurut pernyataan itu.
Kementerian luar negeri Taiwan mengatakan pertemuan virtual akan dipimpin oleh menteri ekonomi Wang Mei-hua dan menteri ilmu pengetahuan dan teknologi Wu Tsung-tsong.Taiwan berharap dialog itu dapat menyepakati sebuah perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) dengan AS.
Taiwan juga memuji pertemuan perdana pada tahun lalu sebagai langkah maju.Pertemuan pada 2020 itu menunjukkan hubungan Washington yang semakin erat dengan Taiwan saat pemerintah AS berada di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.Pemerintahan Biden melanjutkan langkah itu, yang membuat marah Beijing karena China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.
Kedua pihak melakukan pembicaraan yang lama tertunda tentang Perjanjian Kerangka Kerja Perdagangan dan Investasi pada Juli secara virtual. Saat itu, Taiwan mengatakan pihaknya berharap kelak dapat meneken FTA dengan AS.
Untuk melancarkan kesepakatan dengan Washington, Taiwan tahun lalu mencabut larangan impor daging babi dengan zat tambahan ractopamine, namun keputusannya menunggu hasil referendum pada Desember.Taiwan adalah salah satu produsen utama semikonduktor.
Kelangkaan komponen itu telah mengguncang rantai pasokan global dan memengaruhi pabrik-pabrik otomotif. Kondisi itu membuat Washington khawatir dan menekan Taiwan untuk mempercepat produksi cip.