EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Surveyor Indonesia (Persero) atau PTSI Rosmanidar Zulkifli mengatakan PTSI dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengembangkan kerja sama dengan fokus pada potensi Indonesia guna mendorong produk lokal bersertifikat tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Hal ini bertujuan untuk meminimalisir impor.
"Surveyor Indonesia bertekad membuat pengusaha UMKM di Indonesia naik kelas melalui sertifikat TKDN," ujar Rosmanidar dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (24/11).
Kepala Pusat Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) Kemenperin Nila Kumalasari mengatakan Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan negara lain terkait sumber daya alam (SDA) melimpah untuk menjadi bahan baku yang bisa meningkatkan komposisi TKDN.
"Memang ada beberapa hal tentang produk dalam negeri yang harus menjadi fokus perhatian yaitu masalah harga, isu masalah kualitas, pasokan, dan kenyamanan," ucap Nila.
Direktur PT Acer Indonesia Parman Iskak mengatakan Indonesia harus meningkatkan persentase TKDN hingga manufaktur sebesar 70 persen dan 30 persen lainnya untuk pengembangan lainnya.
"Persentase 70 persen tersebut berisi bahan baku tidak langsung, tenaga kerja, dan bahan penunjang itu bisa diakui, tapi bahan baku langsung diperhitungkan apabila made in Indonesia bukan dijual di Indonesia. Sepanjang bahan itu masih impor, tetap tidak diakui," ujar Parman.
Direktur Utama PT Zyrexindo Mandiri Buana Timothy Siddik menilai Indonesia perlu menjadikan merek yang sudah terverifikasi TKDN menjadi prioritas yang dipilih pemerintah. Menurut Timothy, Indonesia perlu sebuah merek produk yang identik dengan negara.
"Banyak merek di dunia yang kalau kita sebut kita selalu hubungkan dengan nama sebuah negara. Negara kita perlu itu," ucap Timothy.
Timothy menyebut merek yang dijadikan prioritas dan berdampingan dengan nama negara merupakan suatu kebanggan dan membuat nilai lebih pada produk yang bersertifikasi TKDN. Timothy menilai Indonesia sebagai negara kaya memiliki potensi dari segi bahan baku.
"Ketika saya bicara dengan pabrik baterai di luar negeri, mereka mengatakan bahan baku mereka impor dari Indonesia. Namun, re-engineering masih di sana. Selain itu, timah yang ada di produk elektronik se-dunia, mungkin memiliki bahan baku dengan persentase 70 persen hingga 80 persen berasal dari Bangka Belitung," ucap Timothy.
Timothy meyakini produk Indonesia bisa bersaing di kancah global dengan besarnya pasokan bahan baku dalam negeri.
"Negara kita melimpah sumber bahan baku. Kita bisa fokus pada kebutuhan negara sendiri sehingga punya kebanggaan terhadap produk dalam negeri," kata Timothy.