Senin 13 Dec 2021 13:04 WIB

CIPS: Harga Komoditas Pangan Masih Tinggi pada Akhir Tahun

Momen libur akhir tahun menyebabkan permintaan lebih tinggi dari biasanya.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pedagang sayur menunggu datangnya pembeli di Pasar Palmerah, Jakarta, Senin (9/8). Tingginya harga beberapa komoditas pangan masih berlanjut hingga akhir 2021 dan berkontribusi pada angka inflasi.
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Pedagang sayur menunggu datangnya pembeli di Pasar Palmerah, Jakarta, Senin (9/8). Tingginya harga beberapa komoditas pangan masih berlanjut hingga akhir 2021 dan berkontribusi pada angka inflasi.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Tingginya harga beberapa komoditas pangan masih berlanjut hingga akhir 2021 dan berkontribusi pada angka inflasi. Salah satu yang mendasari kenaikan ini adalah momen Natal dan libur akhir tahun di mana peningkatan permintaan lebih tinggi dari biasanya.

“Perubahan cuaca juga berdampak pada musim tanam di mana petani beberapa komoditas mempercepat musim tanamnya dan hal ini berdampak pada terbatasnya hasil panen. Keterbatasan ini menyebabkan harga naik karena tidak sesuai dengan banyaknya permintaan,” kata Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Indra Setiawan, dalam keterangan tertulisnya, Senin (13/12).

Baca Juga

Ia mencatat, selama November 2021, komoditas yang menjadi pemicu utama inflasi adalah kenaikan harga telur dan cabai merah yang masing-masing berkontribusi sebesar 0,06 persen. Data Indeks Bulanan Rumah Tangga (Indeks Bu RT) CIPS mencatat kenaikan harga telur cukup signifikan, yaitu sebesar 19 persen pada dari Rp 23.544 per kg menjadi Rp 28.086 per kg pada November 2021.

Harga telur yang mulai naik ini mengalami rebound atau kembali normal dari sebelumnya yang sempat anjlok akibat melimpahnya stok di pasar.

Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang membatasi kegiatan operasional restoran, hotel dan pusat perbelanjaan menyikapi kenaikan jumlah kasus Covid-19 di bulan Juli lalu juga memengaruhi daya beli masyarakat, terutama yang mata pencahariannya terdampak pandemi.

Kemendag sebelumnya menyatakan, harga telur akan kembali normal setelah turun harga dalam beberapa bulan terakhir. Di tingkat peternak, harga telur sudah mencapai Rp 19.000 per kg-21.000 per kg.

Selain itu, indeks Bu RT juga mencatat kenaikan harga ayam dari Rp 36.125 per kg menjadi Rp 37.308 per kg. Harganya naik Rp 1.183 sejak Oktober 2021.

“Pemerintah perlu memastikan ketersediaan pakan ternak supaya harga ayam petelur tetap bisa stabil,” jelasnya.

Sementara itu, harga cabai merah naik persen dari Rp 56.143 per kg pada Oktober 2021 menjadi Rp 58.182 per kg pada November 2021. Salah satu penyebabnya karena stok yang menurun karena petani saat ini masih musim tanam. Para pedagang memprediksi kenaikan harga cabai merah masih akan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan.

Berbeda dengan harga ayam, harga bawang merah justru mengalami penurunan. Pada November, harga bawang merah turun dari Rp 78.222 per kg menjadi Rp 74.006 per kg. Penurunan harga tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.

Yang pertama adalah cuaca ekstrem menyebabkan kualitas bawang merah menurun. Kedua, musim panen di beberapa daerah di Indonesia mengakibatkan stok bawang merah melimpah. Meski harga turun, bawang merah Indonesia tetap paling mahal dibandingkan Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina.

Adapun harga bawang putih naik tipis dari Rp 36.718 per kg menjadi Rp 37.209 per kg. Kenaikan yang tidak signifikan ini didukung oleh importir yang sudah merealisasikan izin impor bawang putih sebelum habis masa berlakunya pada 31 Desember 2021.

Hal ini disebabkan oleh pencabutan sunset clause dalam impor bawang putih yang memungkinkan importir mengimpor bawang putih 60 hari setelah izin impor berakhir pada Desember 2021.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement