EKBIS.CO, BOGOR -- Talas merupakan salah satu komoditas pangan tradisional. Talas memiliki karakteristik yaitu mudah tumbuh di berbagai tempat. Karena mampu tumbuh baik di kondisi kering maupun basah, talas termasuk dalam golongan tanaman amphibi.
Melihat potensi talas yang banyak, Prof Edi Santosa, Guru Besar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB University menjelaskan bahwa talas sangat adaptif terhadap perubahan iklim.
“Talas mudah ditanam dan cepat tumbuh. Talas ini juga adaptif terhadap perubahan iklim,” kata Prof Edi dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (15/12).
Lebih lanjut, dosen IPB University itu menjelaskan, seluruh bagian tanaman talas dapat dimanfaatkan sebagai produk turunan. Ia menyebut, kulit talas dapat diolah menjadi etanol dan bioplastik. Tidak hanya itu, olahan umbi talas berpotensi menjadi tepung, kentang, dan emulsifier.
Prof Edi juga menjelaskan bahwa indeks glikemik talas lebih tinggi dibanding beras, kentang, dan glukosa. Sampai saat ini, varietas talas yang populer adalah Talas Pontianak, Talas Papua dan Talas Pratama.
“Talas Pontianak sedang naik daun di pasar ekspor. Salah satu upaya untuk mengenalkan budidaya talas adalah petani belajar di Sekolah Talas di Ponorogo, Jawa Timur,” kata Profesor Edi Santosa, ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB University.
Dosen IPB University itu juga menerangkan, petani perlu dibimbing untuk bercocok tanam dalam kondisi kering dan basah. Tidak hanya itu, petani juga perlu dibimbing oleh mahasiswa untuk mengamati pertumbuhan talas. Pasalnya, budidaya talas di lahan kering lebih rentan, karena talas berpotensi mengalami busuk daun dan serangan hama.
Prof Edi juga mengaku, riset talas Bogor masih memerlukan penguatan dari segi produksi, bahan dasar dan rantai pasok.
“Upaya lain yang dapat mendorong minat mengkonsumsi talas dapat berbentuk agrowisata, seperti festival talas, wisata talas, atau kampung talas,” pungkas Prof Edi.