EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian memberikan penghargaan kepada 25 orang yang meliputi delapan penyuluh pertanian, lima petani milennial, tiga pengelola P4S, enam Widyaiswara, dua orang dosen, serta satu orang guru. Penghargaan tersebut diberikan dalam Apresiasi Sumber Daya Manusia Pertanian 2021 karena sumbangsihnya dalam pengembangan sektor pertanian dalam setahun terakhir.
Kepala BPPSDMP Pertanian, Dedi Nursyamsi, mengatakan, penghargaan tersebut sekaligus untuk memberikan motivasi kepada para sumber daya manusia (SDM) sektor pertanian dalam mendukung program pemerintah dalam pembangunan pertanian nasional.
"Ini sebagai wujud terima kasih kami kepada para penyuluh, petani milenial, hingga akademisi," kata Dedi dalam Apresiasi Sumber Daya Manusia Pertanian di, Rabu (22/12).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam kesempatan sama sekaligus meminta masyarakat untuk lebih menghargai para petani dan penyuluh pertanian. Sebab berkat kerja keras keduanya, produksi pangan dalam negeri dapat terus berlangsung untuk memastikan kecukupan dari kebutuhan pangan nasional.
"Hanya orang bebal yang tidak punya empati dan katakan pertanian itu tidak penting. Bayangkan negara, daerah bisa apa tanpa pertanian? Hargai petani dan penyuluh pertanian," kata Syahrul.
Ia mengatakan, selama dua tahun terakhir pertanian Indonesia mampu menjadi penopang pertumbuhan ekonomi disaat sektor ekonomi lainnya mengalami pelemahan.
Syahrul mengatakan, masyarakat harus bersyukur karena Indonesia tetap mampu menjaga ketahanan pangan dalam negeri di saat banyak negara menguras devisa demi mengimpor bahan pangan selama pandemi.
"Sepanjang tahun lalu, ekspor pertanian menyumbang Rp 451 triliun. Pertanian kita semakin maju, mandiri, dan modern. Hargai itu, karena kalau pertanian salah, apa adanya, dan tidak semangat, besok akan masalah negara ini," kata dia.
Dirinya sekaligus meminta para kepala daerah dari level bupati/wali kota hingga kepala desa/lurah untuk memahami potensi pertanian di daerah masing-masing. Setiap daerah harus bisa membuat proyeksi kebutuhan pangan dalam jangka menengah panjang demi mengantisipasi tantangan perubahan iklim yang mengancam produksi pangan ke depan.
"Anda tau, cuaca sulit diprediksi karena ada anomali yang ekstrem. Bahkan teknologi yang canggih saat ini dibuat kalang kabut karena pemanasan global," ujarnya.
Karenanya, ke depan, Syahrul mengatakan untuk lebih meningkatkan kapasitas petani dan penyuluh, Kementan akan terus melakukan kegiatan pelatihan dan vokasi untuk menjaga kualitas dan kuantitas sumber daya pertanian di Indonesia.