Ahad 02 Jan 2022 13:08 WIB

Masyarakat Khawatir Sistem Aplikasi Digital Keuangan Error

Sistem keuangan error disebabkan oleh sistem internal yang megalami kerusakan.

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Layanan mobile banking melalui gawai. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Darmawan
Layanan mobile banking melalui gawai. (Ilustrasi)

EKBIS.CO,  BANDUNG -- Masyarakat Indonesia semakin banyak yang bergantung pada sistem digital atau online. Khususnya, dalam melakukan berbagai transaksi di sektor keuangan. Namun, tidak sedikit masyarakat yang khawatir akan terjadinya sistem error atau down.

Menurut CEO Sharing Vision Ali Akbar, saat ini kehidupan masyarakat semakin masif berpangku pada aktivitas digital. Terutama pada penunjang aktivitas keuangan, belanja, jasa, dan lainnya. Tercatat, setiap orang hampir menghabiskan waktunya delapan jam sehari untuk bersentuhan dengan aktivitas online. 

Sementara bagi mereka yang bekerja, aktivitas online akan semakin tinggi. "Masyarakat yang menggunakan aplikasi perbankan seperti mobile banking juga sudah makin banyak. Bahkan, mobile banking mengalami kenaikan frekuensi penggunaan lebih tinggi dibanding lainnya," ujar Ali Akbar saat Zoom bersama media, akhir pekan ini.

Ali mengatakan, data juga menunjukkan, hampir 90 persen warga yang disurvei, mengunakan uang elektronik atau e-wallet. Walaupun, penggunaan online conference dan belajar online kecenderungannya semakin menurun, seiring aktivitas luar ruangan masyarakat.

Namun, kata dia, dari survei yang dilakukan Sharing Vision kepada sekitar 2.000 orang responden, mayoritas responden mengkhawatirkan terjadinya sistem error atau down atas aplikasi yang digunakannya. Hal itu karena semakin tinggi ketergantungan mereka terhadap aplikasi online. 

"Tapi walaupun tren naik, ada kekhawatiran masyarakat akan sistem error. Pengembang aplikasi juga khawatir akan kondisi itu. Seperti kasus down aplikasi terkemuka di Singapura beberapa waktu lalu, cukup membuat masyarakat khawatir," katanya.

Walaupun, kata dia, sistem error yang terjadi pada aplikasi keuangan atau platform lainnya tak hanya disebabkan oleh sistem internal yang megalami kerusakan. Tetapi, bisa juga disebabkan oleh kesalahan akses saat pengguna akan masuk.

"Kekawatiran ini karena ini semakin adanya ketergantungan kita terhadap online. Artinya, semakin online kita harus semakin hati-hati. Artinya kita jangan per caya ke satu platform saja, tapi harus ada beckup lainnya," katanya.

Kekhawatiran lainnya, kata dia, pada pengguna aplikasi online adalah kebocoran data personal. Untuk beberapa pengembangan besar, keamanan data sudah semakin tinggi mengikuti aturan regulator. Namun perlu diwaspadai pengembang ilegal atau belum tereawasi OJK, tidak memiliki security sistem memadai. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement