EKBIS.CO, JAKARTA -- Penggunaan sistem resi gudang (SRG) untuk penyimpanan komoditas beras terus mengalami peningkatan. Terakhir, PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) pemanfaatan resi gudang untuk pertama kali mulai masuk ke Karawang, Jawa Barat yang merupakan sentra produksi beras nasional.
Direktur Utama KBI, Fajar Wibhiyadi, mengatakan, tercatat sebanyak 20 ton beras telah diregistrasikan ke SRG di Karawang oleh pengelola resi gudang Karawang, PT Panca Pujangga PErkasa.
“Ini juga tentunya hal yang menggembirakan, karena daerah Karawang selama ini dikenal sebagai lumbung padi nasional, namun selama ini belum ada registrasi resi gudang dari daerah ini," katanya dalam keterangan resmi, Rabu (26/1/2022).
Sebagai daerah yang dikenal sebagai lumbung padi, Karawang saat ini memiliki lahan persawahan seluas 95 ribu hektare (ha) dengan produksi rata-rata 7,2 ton per ha. Sedangkan dalam realisasi produksi padi, sepanjang tahun 2021 mencapai 1,4 juta ton Gabah Kering Panen (GKP).
Terkait resi gudang beras, data data PT KBI mencatat, sepanjang tahun 2021 tercatat 69 RG beras yang diregistrasi, dengan volume 3.801 Ton. Sedangkan di tahun 2020, tercatat 39 RG beras yang diregistrasi, dengan volume 2.460 Ton.
"Banyak manfaat yang bisa diperoleh para petani dan pemilik komoditas padi dan beras, salah satunya adalah untuk menjaga kestabilan harga. Petani dan pemilik komoditas juga dapat menjaminkan resi gudang yang dimiliki untuk mendapatkan pembiayaan yang bisa dipergunakan untuk musim tanam berikutnya”, ungkap Fajar.
Pihaknya optimistis, ke depan pemanfaatan resi gudang untuk komoditas beras akan terus mengalami peningkatan. KBI sebagai pusat registrasi akan terus melakukan upaya sosialisasi serta edukasi baik kepada para petani maupun pengelola gudang yang ada di Kerawang serta daerah-daerah kain yang menjadi sentra komoditas terkait manfaat instrument ini.
Direktur PT Panca Pujangga Perkasa, Rahajeng Oktovione Putri Bestari, mengatakan, resi Gudang diharapkan dapat menjadi salah satu instrumen pengukuran ketersediaan stok nasional, khususnya terkait dengan bahan pangan seperti beras.
Hal ini dimungkinkan karena data ketersediaan stok di setiap gudang SRG terintegrasi melalui sistem informasi resi gudang (IS-WARE) yang dikelola oleh pusat registrasi.
Selain itu, dengan adanya resi gudang para petani akan memperoleh harga jual yang lebih baik, mendapatkan jaminan kepastian mutu dan jumlah komoditi, serta memperoleh pinjaman dari Bank dengan jaminan Resi Gudang.
"Untuk itu, kami juga mengajak para petani untuk berusaha secara berkelompok, sehingga meningkatkan efisiensi biaya dan posisi tawar petani," kata dia.
Kepala Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas, Bappebti Kemendag, Widiastuti, mengatakan, pemerintah menginginkan agar resi gudang juga akan dimanfaatkan oleh para pemilik komoditas dari berbagai penjuru nusantara, dan pelaku usaha lain baik yang berperan sebagai penyerap hasil produksi atau pembeli akhir dan sebagai pengelola gudang.
Indonesia memiliki potensi untuk pengembangan resi gudang, dan untuk itu perlu upaya bersama para pemangku kepentingan di ekosistem resi gudang ini.
"Bappebti akan terus mengajak para pemangku kepentingan dalam ekosisitem resi gudang, untuk bersama-sama melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait manfaat resi gudang," kata dia.