Dalam hal tersebut, Anton melanjutkan, pertemuan Indonesia Singapore Joint Operations and Exercises Committee (ISJOEC) yang dijadwalkan dua kali dalam setahun dapat dimaksimalkan untuk membahas potensi perbedaan interpretasi DCA. Pertemuan ini juga hendaknya bisa mengatur tentang rencana latihan militer Singapura yang ingin mengajak mitra di luar Indonesia seperti Amerika Serikat.
"Kita tentu tidak menginginkan ketegangan di kawasan semakin tereskalasi dengan adanya latihan militer bersama dengan Amerika Serikat dalam intensitas yang cukup sering," ujarnya.
Di sisi lain, Antong menuturkan, pengaturan serta pembatasan penggunaan bahan peledak, bom laut, rudal dan senjata beramunisi besar dalam latihan militer Singapura juga dibutuhkan. Hal ini guna menghindari dampak kerusakan lingkungan di wilayah Indonesia yang muncul akibat adanya latihan militer dengan intensitas yang sering.
Sementara itu, Anton menambahkan, pemerintah juga harus segera menyiapkan tindak lanjut lebih rinci terkait IA ET. Mengingat pelaksanaan ET memiliki kompleksitas tersendiri.
"Belum lagi, tidak ada jaminan penuh dari Singapura bahwa para buronan berikut kekayaan yang dibawa kabur akan dapat kita peroleh usai Indonesia ratifikasi ET. Kita tentu tidak ingin ET hanya lebih bersifat simbolik daripada substansial," tutur Anton.