Senin 07 Feb 2022 19:23 WIB

Kemenkop Dorong Integrated Farming untuk Perkuat Korporatisasi Petani

Sistem pertanian terintegrasi menjadi model tepat untuk ditiru petani dan peternak.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Petani menata mentimun ke dalam gerobak saat panen (ilustrasi). Sistem pertanian terintegrasi atau integrated farming system yang mengelola potensi pertanian dari hulu ke hilir, dianggap menjadi model tepat untuk ditiru para petani dan peternak, maupun koperasi di sektor pangan.
Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani/foc.
Petani menata mentimun ke dalam gerobak saat panen (ilustrasi). Sistem pertanian terintegrasi atau integrated farming system yang mengelola potensi pertanian dari hulu ke hilir, dianggap menjadi model tepat untuk ditiru para petani dan peternak, maupun koperasi di sektor pangan.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Sistem pertanian terintegrasi atau integrated farming system yang mengelola potensi pertanian dari hulu ke hilir, dianggap menjadi model tepat untuk ditiru para petani dan peternak, maupun koperasi di sektor pangan. Tak hanya dinilai bisa meningkatkan kesejahteraan petani, integrated farm juga diyakini mampu memperkuat ketahanan pangan di Indonesia. 

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, saat ini Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) juga tengah memprioritaskan mendorong pengembangan berbagai koperasi pangan. Integrated Farming System merupakan sistem pertanian dengan upaya memanfaatkan keterkaitan antara tanaman perkebunan, pangan, hortikultura, hewan ternak dan perikanan, guna mendapatkan agro ekosistem, yang mendukung produksi pertanian (stabilitas habitat), peningkatan ekonomi dan pelestarian sumber daya alam. 

Baca Juga

"Ini semacam menciptakan sirkulasi ekonomi. Yang saya lihat contohnya yang ada di Mas Ihsan Farm ini dalam 1 hektare (ha) saja bisa menghasilkan omzet hingga Rp 12 miliar per tahun. Kalau model seperti ini diadopsi, bukan hanya petaninya yang sejahtera, tetapi juga menjaga ketahanan pangan kita," ujar Teten dalam kunjungannya ke peternakan Mas Ihsan Farm di Cikampek, Karawang, Jawa Barat, dikutip dari siaran pers yang diterima Republika.co.id, Senin (7/2/2022).

Dalam kunjungan tersebut turut mendampingi Sekretaris Kemenkop Arif Rahman Hakim, Deputi Bidang Perkoperasian KemenkopUKM Ahmad Zabadi, dan Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman. Teten menjabarkan, peternakan merupakan salah satu subsektor yang memberikan kontribusi pada perekonomian nasional serta mampu menyerap tenaga kerja secara signifikan. 

Sektor ini menyumbang kontribusi sebesar 16,04 persen terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada kuartal II 2021, meningkat 7,07 persen year on year (yoy). Sementara dari data SUTAS BPS 2018 mencatat, dari 27,6 juta pelaku usaha di sektor pangan, 48,9 persen atau 13,5 juta pelaku usaha begerak di sektor peternakan. 

Sektor perternakan ini, kata dia, terdiri dari tiga komoditas utama yaitu 49,3 persen ayam atau 6,7 juta pelaku usaha, 34,2 persen sapi potong atau 4,6 juta pelaku usaha, dan 22,5 persen kambing atau 3 juta pelaku usaha. "Tapi tantangannya dewasa ini, masih banyak skala usahanya masih kecil-kecil dan perorangan. Sekitar 90 persen dari pelaku usaha perunggasan di Tanah Air merupakan peternak unggas mandiri/perorangan, sehingga sulit menghadapi persaingan dengan konglomerasi peternakan," jelas Teten. 

Maka terkait model integrated farm yang diterapkan Mas Ihsan Farm, Teten memastikan akan mengajak sang pemilik, Sri Darmono Susilo untuk menjadi inkubator mitra kementerian. Hal itu melalui program inkubator usaha yang ada di LPDB-KUMKM. 

"Segera secepatnya setelah dari sini saya instruksikan dan koordinasi dengan Sekretaris KemenKopUKM Pak Arif, kami ajak Mas Ihsan Farm untuk mengembangkan model pertanian integrasi bersama inkubator di LPDB. Yang pasti 2022 ini sudah harus jalan," tegas dia.

Kemenkop, katanya, kian memperkuat korporatisasi peternak sebagai bagian dari program besar kementerian dalam pengembangan koperasi di sektor produksi. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk mendorong korporasi sektor pangan. 

"Di mana peternak yang skala usahanya masih kecil-kecil dan perorangan dapat berbisnis dalam skala ekonomi dan lebih efisien. Dengan begitu, kesejahteraannya meningkat," tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement